
Visi Besar Prabowo untuk Revolusi Ekonomi Rakyat
Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, mengumumkan visi besar yang ia sebut sebagai “revolusi ekonomi rakyat”. Dalam penyampaian pidatonya pada Musyawarah Nasional sebuah partai politik di Jakarta, ia menyatakan komitmennya untuk membangun hingga 2.000 desa nelayan dan mencetak sawah baru seluas 480 ribu hektare. Langkah-langkah ini, menurutnya, menjadi kunci utama dalam memperkuat fondasi pangan nasional sekaligus meningkatkan taraf hidup jutaan keluarga petani dan nelayan di seluruh wilayah Indonesia.
Dari 100 desa nelayan yang saat ini sedang berjalan, Prabowo menargetkan minimal 1.000 desa akan berdiri pada 2026, dengan ambisi mencapai 2.000 desa di tahun-tahun berikutnya. Ia menjelaskan bahwa setiap desa nelayan akan melibatkan sekitar 2.000 nelayan. Jika target tersebut tercapai, maka sekitar 4 juta nelayan, ditambah keluarga mereka, sekitar 16 juta jiwa akan langsung terdampak positif dari program ini.
Desa Nelayan: Lebih dari Sekadar Alat Tangkap
Konsep desa nelayan tidak hanya sebatas memberikan kapal atau alat tangkap kepada para nelayan. Setiap desa dirancang memiliki gudang pendingin (cold storage) dan dermaga mini untuk memperlancar distribusi hasil laut. Presiden menunjukkan contoh keberhasilan percontohan di Biak, Papua, yang berhasil meningkatkan pendapatan nelayan hingga 100 persen. Ini menunjukkan potensi besar dari proyek ini dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.
Peningkatan Produksi Beras yang Signifikan
Di luar sektor perikanan, Prabowo juga mengumumkan rencana untuk memperluas area persawahan baru seluas 480 ribu hektare. Dari target tersebut, pemerintah telah merampungkan sekitar 280 ribu hektare. Menurutnya, proyek ini berkontribusi pada “lonjakan produksi beras tertinggi sepanjang sejarah Indonesia”.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa produksi beras nasional meningkat 14,49 persen pada Januari–Juli 2025, mencapai 21,76 juta ton. Angka ini menandai rekor baru, setelah dalam periode Januari–April produksi mencapai 13,95 juta ton. Namun, keberhasilan ini juga memunculkan tantangan baru, yaitu kelebihan pasokan beras yang harus disimpan.
Solusi untuk Masalah Penyimpanan Beras
Bulog, lembaga negara yang bertugas menjaga stabilitas beras, disebut menghadapi kekurangan ruang penyimpanan. Untuk mengatasinya, pemerintah mengalokasikan dana sebesar Rp5 triliun guna membangun 100 gudang modern di atas lahan lima hektare per lokasi. Prabowo menjelaskan bahwa dana tersebut berasal dari penghematan, termasuk pemotongan kebocoran dan korupsi. Ia menekankan bahwa proyek ini akan menjadi bukti efisiensi pengelolaan pangan di bawah pemerintahannya.
Tambak di Pantura Jawa Barat
Selain sawah, rencana besar Prabowo juga mencakup pembangunan tambak di pesisir Pantai Utara (Pantura) Jawa Barat seluas 20 ribu hektare. Proyek ini diproyeksikan dapat menyerap tenaga kerja hingga 130 ribu orang, sebagian besar dari komunitas lokal yang selama ini bergantung pada perikanan tradisional. Ini menjadi langkah strategis dalam memperluas peluang ekonomi bagi masyarakat pesisir.
Analisis dan Tantangan
Para analis melihat program Prabowo sebagai upaya memperkuat legitimasi politik sekaligus merespons tantangan ekonomi global, termasuk krisis pangan dan harga beras yang fluktuatif. Jika berhasil, Indonesia berpotensi menjadi salah satu penopang ketahanan pangan dunia. Namun, kalangan pengkritik menilai ambisi tersebut berisiko terhambat oleh tata kelola birokrasi dan isu lingkungan yang kompleks.
Prabowo sendiri tampak tidak gentar. Dengan nada optimistis, ia menyebut program desa nelayan dan cetak sawah sebagai warisan terbesar bagi generasi mendatang. “Kita ingin rakyat kita tidak hanya cukup makan, tapi juga sejahtera,” ujarnya, disambut tepuk tangan para peserta Munas.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!