Saham Multibagger CDIA, MLPT, DSSA, DCII Bawa IHSG Naik ke 8.000

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

IHSG Pecah Rekor All-Time High, Didorong oleh Saham-Saham Konglomerat

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencatat rekor baru setelah berhasil menembus level tertinggi sepanjang sejarah. Pada perdagangan Selasa (23/9/2025), IHSG ditutup naik 85,16 poin atau 1,06% ke level 8.125,2. Angka ini menjadi yang terbesar dalam sejarah pasar modal Indonesia.

Peningkatan IHSG tersebut tidak hanya berupa angka nominal, tetapi juga meningkatkan kinerja secara tahunan. Secara year-to-date (YtD), indeks komposit telah tumbuh sebesar 14,76%, dengan peningkatan sebesar 1.045,3 poin. Hal ini menunjukkan bahwa pasar saham sedang dalam kondisi yang sangat positif.

Kenaikan Signifikan dari Saham-saham Konglomerat

Menurut Rully Wisnubroto, Chief Economist Mirae Asset Sekuritas, penguatan IHSG lebih disebabkan oleh kenaikan signifikan pada saham-saham konglomerat. Lima saham utama yang memberikan kontribusi besar antara lain:

  • PT DCI Indonesia Tbk. (DCII)
  • PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA)
  • PT Barito Pacific Tbk. (BRPT)
  • PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA)
  • PT Multipolar Technology Tbk. (MLPT)

Saham-saham ini memiliki kesamaan yaitu terafiliasi dengan kelompok usaha milik konglomerat Indonesia. Contohnya, DCII dimiliki oleh Toto Sugiri dan Anthoni Salim, sementara DSSA merupakan bagian dari Grup Sinar Mas. MLPT tergabung dalam Grup Lippo milik keluarga Riady. BRPT dan CDIA dikenal sebagai emiten di bawah payung Grup Barito milik Prajogo Pangestu.

Performa Saham yang Mencengangkan

Kinerja saham-saham konglomerat ini sangat mengesankan. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per 23 September 2025, DCII melonjak 612,59%, DSSA naik 208,11%, BRPT 266,3%, MLPT 749,86%, dan CDIA 813,16%. Saat ini, lima saham ini menjadi pemimpin utama dalam pertumbuhan IHSG.

Selain itu, kontribusi dari saham-saham tersebut terhadap penguatan IHSG sangat signifikan. BEI mencatat bahwa DCII memberikan kontribusi sebesar 304,66 poin, DSSA 295,58 poin, BRPT 152,03 poin, MLPT 59,12 poin, dan CDIA 46,96 poin.

Rully menyatakan bahwa tanpa adanya saham-saham tersebut, IHSG mungkin masih berada di bawah level 7.500. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran saham-saham konglomerat dalam memacu kinerja pasar saham.

Prediksi IHSG ke Depan

Meskipun IHSG sudah mencapai level 8.125,2, Rully tidak menutup kemungkinan bahwa indeks ini akan terus berkembang. Jika terjadi penurunan suku bunga acuan di sisa 2025, sentimen positif bisa kembali menggerakkan pasar saham.

Selain itu, Rully memprediksi bahwa IHSG akan tetap berada di atas level 8.000 hingga akhir tahun. Namun, target yang diberikan oleh Mirae Asset untuk akhir 2025 adalah sekitar 6.900. Penurunan target ini dilakukan karena beberapa ketidakpastian global yang ada saat ini.

Peran Saham-saham Konglomerat yang Masih Besar

Harry Su, Managing Director Research & Digital Production Samuel Sekuritas Indonesia, menjelaskan bahwa tanpa lima saham konglomerat yang dominan, IHSG hanya akan mencapai level 7.200 atau bahkan lebih rendah dibandingkan periode 2023.

Saham-saham tersebut memiliki rasio price to earnings ratio (PER) yang sangat tinggi, sekitar 500 kali, jauh di atas rata-rata PER pasar saham Indonesia yang hanya sekitar 12 kali. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan yang cukup besar antara saham-saham konglomerat dan saham-saham umum.

Harry menegaskan bahwa daya tahan IHSG di level saat ini bergantung pada komitmen para pemegang saham dan kemampuan saham-saham tersebut untuk masuk ke dalam MSCI, sehingga dapat dibeli oleh passive funds asing.

Kesimpulan

Penguatan IHSG yang terjadi saat ini sangat didorong oleh kenaikan saham-saham konglomerat. Meskipun ada prediksi optimis tentang pertumbuhan indeks ke depan, investor tetap harus waspada terhadap risiko yang mungkin muncul. Keputusan investasi tetap sepenuhnya ada di tangan pembaca.