
Penelitian Menunjukkan Kebiasaan Mengendalikan Hidup Kita
Pernahkah kamu menyadari bahwa sebagian besar kegiatan yang kamu lakukan setiap hari terjadi begitu saja, tanpa benar-benar dipikirkan? Studi internasional terbaru menunjukkan bahwa hampir 90 persen dari tindakan harian kita ternyata terjadi secara otomatis—dipicu oleh kebiasaan, bukan keputusan sadar. Penelitian ini melibatkan ilmuwan perilaku dari Amerika Serikat, Australia, dan Inggris, yang mengungkap bahwa kebanyakan manusia hidup dalam "mode autopilot", di mana rutinitas dan kebiasaan mengambil alih kendali dari kesadaran kita.
“Orang jarang berhenti dan berpikir untuk mempertimbangkan apa yang harus dilakukan atau bagaimana melakukannya,” tulis para peneliti. Metodologi studi ini melibatkan 105 orang dewasa yang dipantau selama tujuh hari. Enam kali sehari, mereka menerima notifikasi di ponsel yang meminta mereka melaporkan aktivitas yang sedang dilakukan dan seberapa otomatis aktivitas itu terasa. Teknik ini disebut ecological momentary assessment, yang memungkinkan peneliti menangkap perilaku secara langsung—bukan melalui ingatan yang bias.
Hasilnya: terkumpul 3.755 “momen perilaku” yang mencakup pekerjaan, tugas rumah tangga, makan, transportasi, waktu layar, hingga aktivitas santai. Para peneliti memetakan dua jenis otomatisasi:
- Habitual instigation: Saat suatu isyarat memicu tindakan, seperti notifikasi membuat kita mengecek ponsel.
- Habitual execution: Ketika kita melakukan tindakan itu dengan lancar tanpa berpikir, seperti menyikat gigi atau berjalan di rute yang biasa.
Angka Mengejutkan: Kebiasaan Menguasai Hari Kita
65% dari perilaku dimulai karena kebiasaan. 88% dari perilaku dilakukan secara otomatis. Artinya, isyarat di sekitar kita sering kali memicu tindakan tertentu, dan ketika sudah terbiasa, kita menjalankannya seperti robot. Amanda Rebar, profesor psikologi dari University of South Carolina, mengatakan, “Orang suka berpikir bahwa mereka adalah pengambil keputusan rasional. Padahal, sebagian besar perilaku berulang dilakukan tanpa banyak pertimbangan, melainkan secara otomatis karena kebiasaan.”
Tim peneliti juga menganalisis perbedaan berdasarkan usia, gender, atau status pernikahan. Hasilnya? Hampir tidak ada perbedaan berarti. Otomatisasi ternyata bukan masalah demografi, melainkan fitur alami manusia. Satu perilaku yang sedikit menyimpang dari pola adalah aktivitas fisik atau olahraga. Studi menemukan bahwa olahraga sering kali dipicu oleh isyarat (seperti alarm atau pengingat kalender), tetapi pelaksanaannya tidak selalu otomatis. Ini masuk akal: kita mungkin datang ke gym karena alarm, tapi tetap harus berpikir soal teknik, kecepatan, atau intensitas saat berolahraga.
Kebiasaan dan Niat Bisa Selaras
Apakah kebiasaan selalu bertentangan dengan niat? Ternyata tidak. Peneliti menemukan bahwa:
- 76% perilaku sesuai dengan niat.
- 46% bersifat habitual dan intentional—jadi dilakukan secara otomatis sekaligus memang diniatkan.
- Hanya 17% perilaku yang otomatis namun tidak sesuai niat, artinya sebagian besar kebiasaan kita mendukung tujuan hidup kita.
“Temuan ini menentang gagasan umum bahwa kebiasaan selalu menjadi pengganggu tujuan,” jelas studi tersebut.
Aktivitas Harian yang Mendominasi: Kerja dan Layar
Aktivitas yang paling sering dilaporkan peserta adalah:
- Pekerjaan dan pendidikan: 22%
- Tugas rumah tangga: 18%
- Waktu layar (screen time): 17%
Pola ini penting karena semakin sering kita melakukan sesuatu dalam konteks yang sama, semakin besar kemungkinan tindakan itu akan menjadi kebiasaan.
Ingin Mengubah Hidup? Ubah Kebiasaan, Bukan Melawannya
Studi ini memberi pelajaran penting: jika sebagian besar perilaku terjadi karena kebiasaan, maka cara terbaik untuk berubah adalah dengan menciptakan kebiasaan baru, bukan melawannya dengan kemauan keras. “Untuk tujuan sehat seperti olahraga atau makan lebih baik, solusinya adalah menciptakan isyarat yang konsisten dalam konteks yang stabil—waktu, tempat, dan pemicu yang sama,” kata para peneliti.
Sementara untuk memutus kebiasaan buruk, kita perlu mengganggu hubungan antara isyarat dan rutinitas, serta menjadikan rutinitas itu lebih sulit dimulai. Benjamin Gardner, profesor psikologi dari University of Surrey, mengatakan, “Hanya menyuruh orang untuk ‘berusaha lebih keras’ tidak cukup. Perubahan yang langgeng perlu strategi untuk mengenali dan mengganggu kebiasaan yang tidak diinginkan, sekaligus membentuk yang baru yang lebih positif.”
Keterbatasan Studi
Seperti semua penelitian, studi ini memiliki batasan:
- Data diperoleh melalui laporan diri, yang mungkin bias.
- Peserta adalah relawan dari Inggris dan Australia, yang cenderung lebih sadar dan rajin.
- Studi hanya berlangsung selama satu minggu, jadi belum mencakup siklus bulanan atau musiman.
- Beberapa kebiasaan yang sangat singkat mungkin terlewat karena jendela waktu yang terbatas.
Namun begitu, korespondensi antara isyarat, kebiasaan, dan tindakan terlihat jelas di kehidupan nyata.
Tips Praktis: Kendalikan Otak Autopilot
Alih-alih berharap pada niat dan tekad semata, cobalah strategi desain kebiasaan berikut:
- Letakkan pemicu di tempat yang terlihat: sepatu di dekat pintu untuk berjalan pagi, buah di tempat mudah dijangkau.
- Blokir waktu rutin di kalender untuk kegiatan penting seperti peregangan atau membaca.
- Pasangkan tindakan baru dengan kebiasaan lama: seperti melakukan meditasi setelah menyikat gigi.
- Untuk memutus kebiasaan: ubah pemicunya—pindahkan aplikasi, ubah rute, cabut pemicu otomatis.
Otak kita sangat efisien: ia mengubah repetisi menjadi rutinitas, dan rutinitas menjadi rasa lega. Menurut studi ini, kebanyakan aktivitas kita dalam seminggu dimulai dari isyarat dan dijalankan oleh praktik, namun tetap selaras dengan tujuan hidup kita. Itulah sisi optimisnya. “Jika hidup berjalan di atas rel, maka kita bisa membangun rel yang lebih baik.”
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!