ADB Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Asia Pasifik Jadi 4,8% Tahun 2025

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia dan Pasifik Dikurangi oleh Lingkungan Perdagangan Global yang Berubah

Asian Development Bank (ADB) telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi kawasan Asia dan Pasifik untuk tahun 2025 dan 2026. Hal ini terjadi akibat munculnya lingkungan perdagangan global baru yang dipengaruhi oleh penerapan tarif dan perubahan kesepakatan dagang. Laporan terbaru yang dirilis, Asian Development Outlook (ADO) September 2025, menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi kawasan berkembang Asia dan Pasifik diperkirakan akan mencapai 4,8% pada 2025 dan 4,5% pada 2026.

Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan dengan angka sebelumnya yang dirilis pada April 2025, yaitu masing-masing 4,9% untuk 2025 dan 4,7% untuk 2026. Penurunan ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti peningkatan tarif yang dikenakan Amerika Serikat dan meningkatnya ketidakpastian perdagangan. Inflasi di kawasan ini juga diproyeksikan mengalami penurunan menjadi 1,7% pada tahun ini, namun akan naik sedikit menjadi 2,1% pada tahun depan karena normalisasi harga pangan.

Kepala Ekonom ADB Albert Park menjelaskan bahwa tarif yang diberlakukan Amerika Serikat saat ini berada pada tingkat historis yang tinggi. Selain itu, ketidakpastian perdagangan global masih sangat tinggi. Meskipun pertumbuhan ekonomi kawasan Asia dan Pasifik masih tangguh pada 2025, dampak dari lingkungan eksternal yang memburuk mulai terasa.

Park menekankan pentingnya pengelolaan makroekonomi yang kuat, keterbukaan, serta integrasi regional lebih lanjut dalam menghadapi situasi ini. Pemerintah negara-negara di kawasan harus tetap waspada dan siap menghadapi tantangan yang muncul.

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara-Negara Utama

Proyeksi pertumbuhan ekonomi Tiongkok tidak mengalami perubahan signifikan. Kebijakan pemerintah diharapkan dapat membantu mengurangi dampak dari tarif tinggi dan pasar properti yang lemah. Ekonomi Tiongkok diperkirakan tumbuh sebesar 4,7% pada 2025 dan 4,3% pada 2026.

Di India, peningkatan tarif yang diberlakukan Amerika Serikat terhadap ekspor dari India mulai Agustus diperkirakan akan memberi tekanan pada pertumbuhan ekonomi. ADB kini memperkirakan pertumbuhan ekonomi India sebesar 6,5% baik untuk 2025 maupun 2026, turun dari proyeksi sebelumnya yang mencapai 6,7% dan 6,8%.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara mengalami penurunan terbesar akibat pelemahan permintaan global dan meningkatnya ketidakpastian perdagangan. Proyeksi pertumbuhan subkawasan ini kini mencapai 4,3% untuk 2025 dan 2026, turun 0,4% dari proyeksi April 2025.

Perkembangan Ekonomi Kawasan Lain

Di kawasan Kaukasus dan Asia Tengah, proyeksi pertumbuhan ekonomi meningkat tipis menjadi 5,5% pada 2025. Namun, proyeksi untuk 2026 turun sedikit menjadi 4,9%, terutama karena penurunan produksi minyak dan gas di beberapa negara.

Di kawasan Pasifik, pertumbuhan ekonomi diprediksi meningkat menjadi 4,1% pada 2025, didorong oleh output pertambangan yang lebih kuat. Namun, proyeksi untuk 2026 turun menjadi 3,4%, dari sebelumnya 3,6% pada April 2025, karena ekspektasi melemahnya output sumber daya dan penurunan ekspor komoditas.

Risiko yang Mengancam Proyeksi Ekonomi

Beberapa risiko utama yang mengancam proyeksi ekonomi kawasan Asia dan Pasifik antara lain melanjutnya ketidakpastian kebijakan dagang Amerika Serikat, khususnya terkait tarif sektoral terhadap semikonduktor dan farmasi. Selain itu, negosiasi dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang belum selesai juga menjadi ancaman.

Ketegangan geopolitik, potensi memburuknya pasar properti Tiongkok, serta kemungkinan volatilitas pasar keuangan juga dapat berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi kawasan ini. Oleh karena itu, pemerintah dan pelaku bisnis perlu terus waspada dan mengambil langkah-langkah strategis untuk menghadapi tantangan tersebut.