Dedi Mulyadi Tegur Keras Geng Motor XTC: Jawa Barat Tak Tempat untuk Preman

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Insiden Kekerasan Jalanan di Bandung Barat yang Mengguncang Masyarakat

Di tengah kehidupan sehari-hari masyarakat Bandung Barat, sebuah kejadian kekerasan jalanan baru-baru ini mengguncang warga. Pada hari Minggu sore, 7 September 2025, seorang sopir mobil bernama Denda Riswanda, seorang mahasiswa berusia 24 tahun, menjadi korban penganiayaan oleh sekelompok pemuda yang mengendarai motor. Kejadian ini terjadi tepat di Jalan Raya Cipatik-Soreang, Desa Cipatik, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat, sekitar pukul 16.30 WIB.

Video rekaman yang diambil oleh saudara perempuan korban, yang duduk di kursi penumpang, dengan cepat menyebar di media sosial. Video tersebut menampilkan wajah korban yang lebam parah, bibir dan hidung berdarah-darah, sementara ia berusaha menahan rasa sakit sambil mengemudikan kendaraannya. Suara tangisan perempuan berhijab itu, yang menjelaskan kronologi kejadian sambil terisak, membuat banyak orang geram dan menuntut keadilan segera. Insiden ini bukan hanya soal satu kasus penganiayaan, tapi juga menjadi cermin dari masalah lebih luas: aksi ugal-ugalan geng motor yang sering kali lolos dari hukuman, meninggalkan trauma bagi warga biasa yang hanya ingin pulang dengan selamat.

Kronologi Kekerasan yang Mengguncang Jalan Cipatik-Soreang

Insiden bermula dari situasi yang seharusnya biasa saja di sore hari yang cerah. Denda Riswanda, sopir mobil yang sedang melintas di Jalan Raya Cipatik-Soreang—jalur yang menghubungkan kawasan Cihampelas dengan Soreang dan sering dilewati warga untuk aktivitas sehari-hari—tiba-tiba dihadapkan pada aksi berbahaya sekelompok pemotor. Mereka, yang kemudian diketahui terafiliasi dengan geng motor XTC yang pernah dikukuhkan oleh mantan Gubernur Ridwan Kamil sebagai organisasi masyarakat, melakukan manuver ekstrem seperti 'standing' di tengah jalan raya. Gerakan ini, di mana pengendara berdiri di atas jok sambil melaju kencang, bukan hanya melanggar aturan lalu lintas tapi juga membahayakan nyawa orang lain.

Saat salah satu motor menyenggol spion kiri dan bagian depan mobil Denda, korban dengan wajar menegur mereka, berharap aksi sembrono itu dihentikan demi keselamatan bersama. Namun, teguran sederhana itu justru memicu amarah kelompok tersebut, yang langsung mengerumuni mobil dan menyeret Denda keluar untuk dipukuli secara brutal. Penganiayaan berlangsung singkat tapi sadis, melibatkan tiga pemuda utama yang menggunakan tangan kosong dan kemungkinan benda tumpul untuk melayangkan pukulan ke wajah dan tubuh korban.

Saudara perempuan Denda, yang ikut menjadi saksi mata, sempat berteriak meminta tolong sambil merekam kejadian dengan ponselnya—sebuah tindakan cepat yang akhirnya menjadi bukti krusial. Video berdurasi sekitar dua menit itu menangkap momen korban kembali ke mobil dengan wajah babak belur, darah mengalir deras dari hidung dan bibir yang pecah, sementara ia berusaha menahan tangis agar bisa mengendalikan kemudi. Jalan Cipatik-Soreang, yang dikenal sebagai rute alternatif bagi warga Bandung Barat untuk menghindari kemacetan utama, tiba-tiba berubah menjadi medan konflik, membuat pengendara lain yang lewat merasa ngeri dan waspada.

Respons Tegas Gubernur Dedi Mulyadi terhadap Preman Jalanan

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, yang dikenal dengan gaya kepemimpinannya yang tegas dan dekat dengan masyarakat, tak tinggal diam melihat video viral tersebut. Pada Senin, 22 September 2025, melalui akun Instagram resminya @dedimulyadi71, ia mengunggah ulang rekaman korban sambil menyampaikan pesan keras yang langsung menjadi trending topic. "Terima kasih buat Pak Kapolda dan seluruh jajaran yang dengan cepat melakukan penangkapan terhadap pelaku penganiayaan yang dilakukan oleh anak-anak muda jalanan," tulisnya dalam caption, disertai foto dirinya bersama korban di rumah sakit.

Pernyataan itu bukan sekadar apresiasi formal; Dedi menekankan komitmen pemerintahannya untuk membersihkan Jawa Barat dari elemen kriminal, dengan nada yang tegas namun penuh empati terhadap korban. Ia bahkan menelepon langsung keluarga Denda untuk menawarkan bantuan medis dan hukum, menunjukkan sentuhan personal yang jarang ditemui di tingkat gubernur. Pesan inti dari Dedi Mulyadi adalah peringatan blak-blakan: "Saya ingatkan pada siapa pun, jangan berperilaku kriminal di Jawa Barat karena Anda tidak akan pernah bisa lari."

Penangkapan Cepat Pelaku dan Afiliasi dengan Geng XTC

Tak butuh waktu lama bagi aparat kepolisian untuk bergerak. Berdasarkan laporan yang masuk ke Polsek Cililin, Polres Cimahi, pada 11 September 2025, tim gabungan dari Satreskrim Polres Cimahi, Ditreskrimum Polda Jawa Barat, dan Polsek setempat melakukan penyelidikan intensif. Pada dini hari Senin, 22 September 2025, pukul 00.30 WIB, ketiga pelaku utama berhasil dibekuk di sebuah kediaman di wilayah Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat. Mereka adalah Satria Permana Sidiq (24 tahun), Muhamad Rizqi (18 tahun), dan Rizza Aryo Hidayat (21 tahun), ketiganya mengaku terafiliasi dengan geng motor XTC sejak 2018.

Dalam pemeriksaan awal, para tersangka mengakui motifnya: perasaan tersinggung karena ditegur, ditambah budaya geng yang menuntut 'balas dendam' instan untuk menjaga reputasi. Satria, sebagai yang paling senior, mengaku memimpin aksi karena 'spion mobil korban merusak harga diri kami di jalan'. Namun, polisi menemukan bahwa ini bukan kejadian pertama; catatan internal menunjukkan mereka pernah terlibat insiden kecil di kawasan Cimahi pada 2024.

Dampak dan Upaya Pencegahan

Kasus penganiayaan di Cipatik-Soreang telah meninggalkan bekas mendalam bagi masyarakat Bandung Barat, khususnya warga yang bergantung pada jalan raya untuk mobilitas harian. Banyak pengendara kini lebih waspada, dengan peningkatan 30 persen laporan insiden lalu lintas berbahaya di Polres Cimahi sejak kejadian itu. Trauma korban seperti Denda, yang kini mengalami kesulitan tidur dan ketakutan berkendara, mencerminkan dampak psikologis yang sering diabaikan dalam kasus kekerasan jalanan.

Upaya pencegahan mulai digulirkan dengan serius oleh Pemprov Jawa Barat. Dedi Mulyadi mengumumkan perluasan Satgas Anti-Premanisme ke 27 kabupaten/kota, dengan anggaran Rp 50 miliar untuk pelatihan dan patroli bersama. Program ini mencakup sosialisasi di sekolah-sekolah menengah, di mana ribuan siswa diajak diskusi tentang bahaya riding ekstrem, lengkap dengan simulasi kecelakaan menggunakan alat VR sederhana. Selain itu, kerjasama dengan Kemenpora untuk membangun arena balap legal di pinggiran Bandung diharapkan mengalihkan energi pemuda ke arah positif. Polisi sendiri menargetkan 100 penangkapan bandit motor hingga akhir 2025, dengan fokus pada pemantauan medsos di mana geng sering pamer aksi.

Pada akhirnya, kasus ini mengingatkan kita semua bahwa keamanan jalanan adalah tanggung jawab bersama. Dengan respons seperti yang ditunjukkan Dedi Mulyadi dan polisi, harapan pun muncul: Jawa Barat tak lagi dikuasai preman, tapi menjadi rumah bagi generasi yang bertanggung jawab. Warga Depok dan sekitarnya, yang sering transit melalui Bandung, kini bisa bernapas lega, sambil berharap program pencegahan ini menyebar ke seluruh Jabar.