
Realisasi Pembiayaan Rumah Subsidi oleh BSI Mencapai 2.919 Unit
PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) telah mencatatkan realisasi penyaluran pembiayaan rumah subsidi sebanyak 2.919 unit hingga tanggal 24 September 2025. Angka ini mencapai 172,6 persen dari target awal sebesar 1.819 unit. Dibandingkan tahun lalu, kuota FLPP BSI pada tahun 2024 mencapai 1.694 unit senilai Rp 273,30 miliar dengan tingkat penyerapan sebesar 100 persen.
Berdasarkan data yang diperoleh, BSI mendapatkan kuota tambahan sebesar 5.000 unit untuk tahun ini. Direktur Utama BSI, Anggoro Eko Cahyo, menyatakan bahwa hingga akhir September 2025, realisasi penyaluran FLPP BSI mencapai 2.919 unit atau 58,38 persen dari total kuota. Ia optimis bahwa di akhir bulan September 2025, jumlah unit yang terserap akan mencapai 3.000 unit dan kuota akan habis pada akhir tahun ini.
Kinerja positif ini didorong oleh sinergi antara pemerintah, perbankan, dan pengembang. BSI turut serta dalam akad massal yang digelar pada hari Senin (30/9), yang melibatkan 26 ribu unit rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Tujuan utamanya adalah meningkatkan penyediaan rumah subsidi dari 220 ribu menjadi 350 ribu unit per tahun.
Pertumbuhan Pembiayaan Perumahan di Bank Mega Syariah
Sementara itu, Bank Mega Syariah (BMS) mengandalkan skema fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) untuk menunjang pertumbuhan bisnisnya. Pembiayaan unit usaha syariah (UUS) BTN (BTN Syariah) juga mengalami pertumbuhan sebesar 17 persen secara year-on-year (YoY). Proses merger dengan Bank Victoria Syariah (BVIS) menjadi Bank Syariah Nasional (BSN) masih dalam proses.
Data terbaru menunjukkan bahwa kebutuhan akan hunian layak di Indonesia masih sangat besar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat lebih dari 9 juta kebutuhan rumah yang belum terpenuhi. Hingga 25 September 2025, Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) melaporkan bahwa total rumah subsidi yang telah disalurkan melalui skema FLPP mencapai 178 ribu unit.
Consumer Financing Business Division Head Bank Mega Syariah, Raksa Jatnika Budi, menyatakan bahwa hingga Agustus 2025, bank telah menyalurkan 96 persen dari total kuota FLPP yang diberikan oleh pemerintah. Outstanding pembiayaan perumahan mencapai Rp 50 miliar, naik 78,6 persen dibandingkan Agustus 2024 senilai Rp 29 miliar.
Sejak tahun 2021, total pembiayaan FLPP Bank Mega Syariah telah meningkat sebesar 1.409 persen. Rata-rata pertumbuhan setiap tahun mencapai 97 persen. Bank Mega Syariah menargetkan pertumbuhan pembiayaan FLPP sebesar 50 persen YoY pada tahun 2025.
Sinergi dengan Pengembang dan Program Akad Massal
Bank Mega Syariah memanfaatkan sinergi dengan developer subsidi yang telah bekerja sama melalui sistem payroll. Bank ini juga turut serta dalam kegiatan akad masal yang melibatkan 25 ribu penerima FLPP yang digelar serentak di 33 provinsi.
"Kita bekerja sama dengan developer berpengalaman yang memastikan bahwa rumah yang dibeli oleh masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sudah siap huni melalui bangunan yang telah tersedia 100 persen, listrik, dan air yang sudah teraliri ke unit rumah tersebut serta prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU)," ujar Raksa.
Kinerja Positif BTN Syariah Menjelang Spin-Off
Menjelang spin-off, BTN Syariah mencatatkan kinerja positif. Tercermin dari pertumbuhan aset sebesar 18 persen YoY menjadi Rp 65,56 triliun hingga akhir Juni 2025. Ekspansi pembiayaan mencapai nilai Rp 48,46 triliun, naik 17 persen secara tahunan.
Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) mencapai 19,8 persen YoY menjadi Rp 55,23 triliun. Alhasil, BTN Syariah mampu memperoleh laba bersih sebesar Rp 401 miliar pada akhir Juni 2025, meningkat 8,3 persen YoY.
Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu, menjelaskan bahwa BTN Syariah telah memasuki era baru seiring dengan proses akhir spin-off yang ditandai dengan perubahan nama menjadi Bank Syariah Nasional (BSN) melalui penggabungan dengan Bank Victoria Syariah sebagai perusahaan cangkang.
Menurut Nixon, Indonesia memerlukan 3 hingga 4 bank syariah besar agar kompetisi layanan dapat terjadi. "Jika terjadi monopoli, maka arahnya kapitalisme. Jadi, tidak ada single player. So, kita jangan memberi kapitalisme ke industri syariah. Jadi, mestinya industri syariah dilakukan oleh banyak bank," ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa ekosistem syariah tidak hanya soal pembiayaan rumah. Ada tabungan haji, umrah, tabungan emas, hingga gadai emas yang potensinya luar biasa. Persepsi masyarakat akan lebih positif jika sudah menjadi bank umum syariah.
"Bahkan banyak lembaga pengelola dana muslim yang menunggu momentum ini untuk menempatkan dana mereka," tegasnya.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!