IHSG Naik, Investor Harus Apa?

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Tren Penguatan IHSG dan Faktor yang Mempengaruhi

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini sedang dalam tren penguatan. Sepanjang tahun 2025, indeks tersebut telah naik sebesar 12,29% secara year to date (YtD). Tren positif ini memicu beberapa lembaga sekuritas untuk meningkatkan target IHSG menjadi 8.600 pada akhir tahun 2025.

Menurut ekonom dari Panin Sekuritas, Felix Darmawan, IHSG berada dalam kondisi bullish atau naik. Namun, reli yang terjadi masih cukup rapuh karena investor asing masih melakukan penjualan besar-besaran di pasar modal Indonesia. Hingga saat ini, investor asing tercatat sebagai net sell alias jual bersih sebesar Rp 54,77 triliun YtD di seluruh pasar. “Penguatan ini banyak didukung oleh investor domestik,” ujar Felix.

Sementara itu, Associate Director of Research and Investment dari Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, melihat bahwa ruang penguatan IHSG masih terbuka. Hal ini didukung oleh beberapa faktor seperti potensi pemangkasan suku bunga Bank Sentral AS The Fed pada pertemuan Oktober dan Desember, perkembangan negosiasi dagang antara AS dan Tiongkok, serta meredanya tensi geopolitik.

Nico menilai, IHSG harus mampu bertahan di atas level 7.910 agar bisa mengarah ke 8.620. “Kami melihat dengan tingkat probabilitas sebesar 60%, indeks kita bisa menuju ke 8.620 jika level tersebut dapat dipertahankan,” ujarnya.

Felix juga setuju dengan prediksi tersebut, meskipun ia menilai jalannya penguatan tidak akan semulus pada awal kuartal ketiga tahun ini. Ia menyebut, arah arus dana masuk dari investor asing akan menjadi penentu realisasi penguatan IHSG.

Sentimen Arah Suku Bunga dan Faktor Lain

Ke depan, sentimen yang akan memengaruhi gerak IHSG ditentukan oleh arah kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia dan The Fed. Perbedaan yield antara dua negara ini akan memengaruhi imbal hasil investasi masing-masing. Jika selisih yield terlalu kecil, investor asing cenderung lebih melirik pasar AS, sehingga risiko capital outflow dari pasar modal domestik semakin besar.

Selain itu, sentimen global seperti arah nilai tukar rupiah, yield obligasi pemerintah AS, dan kondisi geopolitik juga bisa memengaruhi pergerakan IHSG. Realisasi stimulus fiskal yang sudah diinjeksi pemerintah, seperti penempatan dana Rp 200 triliun di bank-bank pelat merah dan belanja APBN akhir tahun, juga menjadi katalis bagi IHSG hingga akhir tahun.

Hasil kinerja emiten di kuartal III dan IV juga menjadi penentu arah IHSG ke depan, terutama sektor perbankan, komoditas, dan konsumer. Selain itu, faktor window dressing diharapkan menjadi pendorong tambahan laju IHSG pada kuartal IV.

Strategi Investasi yang Tepat

Di tengah berbagai sentimen tersebut, Felix menyarankan investor untuk lebih selektif dalam berinvestasi. Saat tren net sell dari investor asing masih besar, menurutnya lebih aman untuk fokus pada saham berfundamental kokoh dan mendapat dukungan sentimen domestik.

Sejumlah sektor yang disarankan adalah sektor perbankan berkapitalisasi besar, karena pergerakan harga saham bank cenderung sejalan dengan aliran dana asing. Selain itu, sektor consumer staples dan retail juga bisa diuntungkan oleh sentimen belanja akhir tahun dan daya beli masyarakat yang stabil.

Sektor energi terbarukan dan komoditas seperti nikel dan emas juga bisa dijadikan pilihan lindung nilai di tengah ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global. Saham-saham sektor tersebut, ditambah sektor teknologi, menurut Nico bisa menjadi pilihan karena berpotensi mendapatkan sentimen positif dari aksi window dressing.