
Penurunan Imbal Hasil SUN di Pasar Modal Indonesia
Imbal hasil (yield) Surat Utang Negara (SUN) atau obligasi pemerintah mengalami penurunan dalam beberapa hari terakhir. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) dan stabilnya tingkat inflasi di dalam negeri.
Pada Rabu (1/10/2025), imbal hasil SUN tenor 10 tahun turun menjadi 6,36% dari sebelumnya 6,45% pada akhir pekan lalu. Sementara itu, yield SUN tenor 5 tahun juga menurun ke level 5,53% dari 5,63% sebelumnya. Penurunan ini menunjukkan pergerakan positif di pasar modal, yang didorong oleh sentimen ekonomi yang lebih stabil.
Ahmad Nasrudin, Fixed Income Analyst PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), menjelaskan bahwa penurunan imbal hasil SUN dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, tindakan BI dalam memangkas suku bunga acuan. Penurunan suku bunga tersebut membuat instrumen berbasis bunga seperti obligasi menjadi lebih menarik bagi investor. “Hal ini menyebabkan harga obligasi meningkat dan yield turun,” jelas Ahmad kepada media.
Selain itu, situasi global juga turut memengaruhi tren penurunan yield. Aksi pelonggaran moneter yang dilakukan oleh bank sentral di berbagai negara, termasuk Federal Reserve (The Fed), memberikan sinyal bahwa fase pelonggaran moneter akan semakin agresif. Hal ini berpotensi menarik arus modal masuk ke negara-negara berkembang seperti Indonesia, yang menawarkan yield lebih tinggi dibandingkan pasar lainnya.
Namun, ada juga tekanan jual dari investor asing yang dapat menjadi sentimen negatif bagi pasar. Menurut Ahmad, dengan spread suku bunga yang semakin tipis antara Indonesia dan Amerika Serikat, daya tarik obligasi pemerintah relatif berkurang. Selain itu, tekanan terhadap rupiah juga menjadi faktor penting. Kebijakan fiskal yang ekspansif melalui suntikan dana ke perbankan dapat menekan nilai tukar rupiah.
“Jika aliran masuk dolar AS ke pasar domestik tidak cukup untuk mengimbangi, maka rupiah akan makin melemah,” ujar Ahmad.
Meskipun demikian, prospek obligasi negara masih terlihat positif hingga akhir tahun. Tren suku bunga yang mulai menurun menjadi salah satu faktor pendukung. Meski suku bunga domestik sudah rendah, yield obligasi Indonesia tetap kompetitif dan dianggap lebih tinggi dibandingkan pasar negara berkembang lainnya. Hal ini membuat pasar domestik menjadi pilihan menarik bagi investor global.
Ahmad memproyeksikan bahwa yield obligasi pemerintah akan terus mengalami penurunan. Meski volatilitas jangka pendek masih tinggi, penurunan suku bunga BI dan global akan menjadi penopang utama. Dengan proyeksi ini, ia memperkirakan yield SUN 5 tahun akan turun ke kisaran 5,00% hingga 5,40%. Sementara itu, yield SUN 10 tahun diperkirakan akan berada di kisaran 6,00% hingga 6,25%.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!