Ekonomi Hijau sebagai Mesin Pencipta Lapangan Kerja
Pemerintah melihat ekonomi hijau sebagai salah satu mesin utama dalam menciptakan lapangan kerja baru di masa depan. Dengan sifatnya yang ramah lingkungan, ekonomi hijau diyakini mampu membuka peluang kerja lebih banyak dibandingkan dengan model ekonomi konvensional.
Staf Ahli Bidang Konektivitas dan Pengembangan Jasa dari Kemenko Bidang Perekonomian, Dida Gardera, menjelaskan bahwa transformasi menuju ekonomi hijau tidak hanya terkait dengan pengurangan emisi karbon, tetapi juga membuka ruang bagi penciptaan pekerjaan hijau atau green jobs.
"Kementerian PPN/Bappenas mengestimasi bahwa investasi hijau berpotensi meningkatkan 7-10 kali lipat lapangan kerja dibandingkan investasi konvensional," ujarnya dalam acara Lestari Summit 2025 di Hotel Raffles, Jakarta, Kamis (2/10/2025).
Dida menambahkan bahwa pembangunan kompetensi tenaga kerja hijau ditargetkan dapat menjangkau sekitar 1,1 juta orang pada 2029. Sementara tambahan lapangan kerja dari investasi hijau diperkirakan mencapai 1,8-2,2 juta orang. Hal ini akan menjadi fondasi penting untuk mendukung transformasi ekonomi nasional menuju target Indonesia Emas 2045.
Peluang Lapangan Kerja Hijau
Peluang lapangan kerja hijau muncul dari berbagai program strategis yang sedang digencarkan oleh pemerintah. Salah satunya adalah hilirisasi sumber daya alam, khususnya kelapa sawit. Hingga 2024, kelapa sawit telah menghasilkan 193 produk turunan.
Ke depannya, hilirisasi kelapa sawit ditargetkan akan meningkat menjadi 250 produk. Ini diyakini mampu membuka ruang besar bagi tenaga kerja, baik di sektor hulu maupun hilirnya.
Untuk mendorong hilirisasi kelapa sawit, pemerintah juga akan menyusun roadmap yang menjawab sisi supply dan demand produk turunan kelapa sawit seperti biodiesel.
Saat ini kebutuhan biodiesel sekitar 15 juta kiloliter, dan diperkirakan meningkat menjadi 20 juta kiloliter tahun depan, dari total produksi 50 juta kiloliter.
Peran Komoditas Strategis
Dida menekankan bahwa komoditas strategis ini sangat penting karena secara langsung maupun tidak langsung menopang kehidupan sekitar 16 juta orang yang bergantung pada kelapa sawit dengan luas lahan 16,4 juta hektar.
"Dengan adanya komoditas yang strategis dan juga kita dorong terus hilirisasi, tentu hal ini akan menciptakan tenaga kerja dan juga menjadi salah satu motor utama dalam pertumbuhan ekonomi," tuturnya.
Tantangan dan Peluang Masa Depan
Meskipun ada tantangan, pemerintah optimis bahwa ekonomi hijau akan menjadi tulang punggung perekonomian yang berkelanjutan. Dengan fokus pada inovasi dan pengembangan sumber daya alam, pemerintah berharap bisa menciptakan lapangan kerja yang berkualitas dan berdampak positif terhadap lingkungan.
Selain itu, pemerintah juga akan terus memperkuat kebijakan yang mendukung ekonomi hijau, termasuk dalam hal pendidikan dan pelatihan tenaga kerja. Dengan demikian, masyarakat akan siap menghadapi perubahan ekonomi yang semakin berorientasi pada keberlanjutan.
Kesimpulan
Ekonomi hijau bukan hanya tentang menjaga lingkungan, tetapi juga tentang menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang. Dengan investasi yang tepat dan kebijakan yang mendukung, ekonomi hijau akan menjadi pilar utama dalam pembangunan ekonomi nasional.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!