
Anggaran Triliunan Rupiah untuk Peningkatan Produktivitas Lahan
Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengungkapkan bahwa pemerintah telah menyiapkan anggaran dalam jumlah besar untuk mendukung program peningkatan produktivitas lahan. Dalam pernyataannya, ia menyebutkan bahwa Kementerian Pertanian mengalokasikan dana sebesar Rp 9,95 triliun untuk pengadaan bibit dan sekitar Rp 1,6 triliun untuk program bongkar ratoon atau peremajaan tanaman tebu yang tidak produktif. Anggaran tersebut sudah cair dan akan terus ditindaklanjuti.
Program ini dilaksanakan dalam rapat koordinasi hilirisasi komoditas perkebunan di kantor PT Sinergi Gula Nusantara (SGN), Surabaya, Jawa Timur. Amran menekankan bahwa selain meningkatkan produktivitas lahan, program ini juga berpotensi menyerap hingga 1,6 juta tenaga kerja. Untuk memastikan pelaksanaan di lapangan berjalan efektif, pemerintah menugaskan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) sebagai pendamping.
Dana sebesar Rp 1,6 triliun direncanakan digunakan untuk peremajaan lahan seluas 100 ribu hektare. Lokasi utama peremajaan sawit berada di Jawa Timur dengan luas sekitar 70 ribu hektare yang mencakup 26 kabupaten. Amran meminta BUMN pangan untuk mendorong petani segera melakukan peremajaan tanaman tebu. Ia menargetkan proses peremajaan dapat diselesaikan dalam tiga bulan. Selain itu, ia menegaskan bahwa program ini tidak hanya sekali dilakukan, tetapi juga akan dilanjutkan pada tahun berikutnya.
Pada pertengahan Juli 2025, Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyampaikan target besar produksi gula nasional mencapai 5 juta ton pada 2027. Target ini sejalan dengan Peraturan Presiden No. 40 Tahun 2023 yang menargetkan swasembada gula konsumsi pada 2028. Selanjutnya, pada 2030, pemerintah menargetkan swasembada gula nasional yang mencakup kebutuhan konsumsi, industri, serta pengembangan bioetanol sebagai bahan bakar nabati (biofuel).
“Kami mencanangkan produksi gula nasional mencapai 5 juta ton pada tahun 2027. Ini adalah misi besar yang tidak bisa dicapai sendirian. Kami butuh sinergi penuh antara petani, industri, dan pemerintah pusat maupun daerah,” ujar Amran.
Ia menegaskan bahwa sinergi antara pemerintah, petani, dan industri harus terus diperkuat agar cita-cita swasembada gula serta ketahanan energi berbasis bioetanol dapat terwujud demi kemandirian dan ketahanan pangan nasional. “Untuk itu, pemerintah telah menyiapkan langkah nyata melalui intensifikasi, ekstensifikasi, pembangunan infrastruktur, hingga penyesuaian kebijakan yang berpihak kepada petani tebu,” tambahnya.
Strategi Peningkatan Produksi Gula Nasional
Untuk mencapai target produksi gula nasional, pemerintah menjalankan beberapa strategi penting. Salah satunya adalah intensifikasi lahan, yaitu meningkatkan hasil panen dari lahan yang sudah ada. Selain itu, ekstensifikasi dilakukan dengan membuka lahan baru yang potensial untuk ditanami tebu. Pembangunan infrastruktur juga menjadi fokus utama, seperti pengembangan irigasi dan jaringan transportasi yang memadai.
Selain itu, pemerintah juga melakukan penyesuaian kebijakan yang lebih pro-petani. Hal ini termasuk memberikan insentif finansial, pelatihan teknis, serta akses pasar yang lebih baik. Dengan demikian, petani dapat lebih mudah mengakses sumber daya dan informasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan produksi mereka.
Amran menekankan bahwa kesuksesan program ini sangat bergantung pada keterlibatan aktif semua pihak. Petani harus didorong untuk menjalani peremajaan tanaman secara berkala, sementara industri perlu bekerja sama dalam memproses hasil panen. Pemerintah juga harus terus memperkuat dukungan melalui regulasi dan alokasi dana yang tepat sasaran.
Dengan komitmen dan kolaborasi yang kuat, target swasembada gula nasional dapat tercapai. Tidak hanya itu, upaya ini juga akan memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional dan kesejahteraan petani.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!