
Kondisi Darurat di Tambang Bawah Tanah Freeport Indonesia
Sebanyak lima dari tujuh pekerja yang menjadi korban longsoran di area tambang bawah tanah PT Freeport Indonesia (PTFI) di Grasberg Block Cave, Mimika, Papua Tengah, masih belum berhasil ditemukan dan dievakuasi hingga awal pekan ini. Insiden tersebut terjadi pada Senin, 8 September 2025, ketika material dalam jumlah besar mengalir dari salah satu titik pengambilan produksi. Akibatnya, akses ke area tertentu serta jalur evakuasi menjadi terbatas.
Tantangan Keselamatan dalam Proses Evakuasi
Geolog sekaligus Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM), Wahyu Wilopo, menjelaskan bahwa aspek keselamatan menjadi tantangan teknis utama dalam proses penemuan dan evakuasi para korban. Ia menilai kondisi bawah tanah yang sempit dan penuh risiko membuat aksesibilitas tim penyelamat maupun peralatan sangat terbatas. Selain itu, suplai oksigen, keterbatasan ruang operasi, serta potensi runtuhan batuan dan masuknya lumpur basah juga menjadi ancaman serius.
Dalam situasi seperti ini, proses evakuasi harus dilakukan dengan kecepatan tinggi, tetapi tetap memperhatikan perhitungan dan kehati-hatian agar tidak menimbulkan korban baru. Wahyu menekankan bahwa faktor geologi selama ini sangat berpengaruh terhadap kerentanan terowongan di area penambangan. Adanya sesar pada batuan bisa menjadi jalur masuknya air dan lumpur ke dalam terowongan, terutama saat curah hujan tinggi.
Sistem Block Caving yang Efisien Namun Berisiko
Selain itu, sistem penambangan block caving yang digunakan di area tersebut juga memberikan tantangan. Meskipun sistem ini diakui efisien, namun sulit untuk mengontrol potensi keruntuhan material. “Tantangannya bukan hanya volume lumpur yang ada, tetapi juga ancaman potensi lumpur baru yang bisa ikut masuk ke terowongan saat evakuasi berlangsung,” ujar Wahyu.
Pemanfaatan Teknologi Modern dalam Evakuasi
Untuk mempercepat evakuasi tanpa mengorbankan keselamatan, Wahyu menilai pentingnya pemanfaatan teknologi modern. Contohnya adalah penggunaan robot atau sistem kendali jarak jauh yang dapat membantu proses evakuasi sehingga risiko bagi tim penyelamat bisa diminimalisir. Menurutnya, keberhasilan evakuasi membutuhkan kerja sama yang solid karena kecepatan dan kehati-hatian dalam upaya evakuasi menjadi kunci utama.
Upaya Jangka Panjang untuk Mengurangi Risiko
Dalam jangka panjang, Wahyu mendesak perusahaan tambang untuk berperan dalam meminimalkan risiko kejadian serupa. Beberapa langkah yang disarankannya antara lain melakukan pemetaan potensi bahaya runtuhan dan rembesan lumpur di area yang akan ditambang. Selain itu, pemasangan sensor peringatan dini serta pembangunan jalur terowongan yang saling terhubung juga diperlukan.
Penyediaan sumber oksigen, makanan darurat, hingga peralatan evakuasi di titik-titik tertentu juga menjadi hal penting. Selain itu, pelatihan kesiapsiagaan bagi seluruh pekerja tambang mutlak dilakukan agar respons saat bencana dapat lebih cepat dan tepat.
Penghentian Aktivitas Produksi Freeport
Atas kejadian longsor tersebut, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa Freeport sementara menghentikan aktivitas produksinya. “Semua aktivitas produksi Freeport dihentikan. Seluruh kekuatan difokuskan untuk mencari korban,” ujar Bahlil di Jakarta, Rabu, 17 September 2025.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!