
Tegakkan Persatuan dan Rekonsiliasi Pasca PSU Pilgub Papua 2024
Setelah beberapa waktu penuh ketegangan pasca Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilgub Papua 2024, suasana mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang diumumkan pada 17 September 2025 mengakhiri sengketa yang diajukan oleh pasangan Benhur Tomi Mano–Constant Karma (BTM–CK). Dengan putusan tersebut, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Papua secara resmi menetapkan pasangan Matius Fakhiri–Aryoko Rumaropen (Mari-Yo) sebagai pemenang Pilgub Papua 2024, pada Rabu 20 September 2025.
Perlahan namun pasti, tanda-tanda kebersamaan dan saling menghargai hasil PSU mulai terlihat. Pada Rabu 24 September 2025, Wakil Gubernur Papua terpilih, Aryoko Rumaropen, bersama kerabatnya melakukan kunjungan ke kediaman mantan calon Wakil Gubernur Papua, Constant Karma, yang berlokasi di Jalan Simpan Angkasa, Kota Jayapura.
Menurut Manfasfas Dirk Kbarek yang turut serta dalam pertemuan tersebut, Constant Karma menerima hasil PSU dengan sikap terbuka dan menyampaikan ucapan selamat kepada pasangan Mari-Yo. Ia juga memberikan sejumlah masukan penting untuk pembangunan Papua ke depan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada perbedaan pendapat selama proses pemilihan, semua pihak tetap menjunjung nilai persaudaraan dan komitmen terhadap kemajuan daerah.
Pertemuan antara Aryoko Rumaropen dan Constant Karma berlangsung sekitar dua jam. Selama pertemuan tersebut, keduanya membahas berbagai isu penting yang berkaitan dengan kondisi Papua saat ini. Di akhir pertemuan, Constant Karma menyerahkan buku karya pribadinya serta dokumen terkait penanganan HIV-AIDS di Papua kepada Aryoko Rumaropen.
“Pertemuan ini adalah wujud rekonsiliasi sesama anak Papua, khususnya anak Saereri, antara senior dan junior, juga sebagai sesama birokrat yang ingin mendorong kebaikan dan kemajuan Papua,” tambah Kbarek. Ia menekankan bahwa pentingnya menjaga harmoni dan kerja sama antar tokoh masyarakat, baik dari kalangan politik maupun birokrasi, agar bisa membangun Papua yang lebih baik.
Sejumlah analis menilai bahwa pertemuan ini menjadi langkah awal yang positif dalam memperkuat iklim demokrasi di Papua. Meskipun proses pemilihan sempat dipenuhi ketegangan, situasi ini menunjukkan bahwa semua pihak memiliki niat untuk bekerja sama demi kepentingan rakyat dan daerah.
Selain itu, keberhasilan PSU juga menjadi bukti bahwa sistem pemilu di Papua dapat berjalan dengan baik, meskipun melalui proses yang panjang dan penuh tantangan. Dengan adanya komunikasi yang terbuka dan saling menghormati, diharapkan tidak ada lagi konflik yang muncul akibat perbedaan pandangan atau hasil pemilihan.
Rekonsiliasi antara tokoh-tokoh yang berbeda latar belakang juga menjadi contoh nyata bahwa persatuan dan perdamaian dapat tercapai jika semua pihak bersedia mendengarkan dan bekerja sama. Dengan begitu, Papua akan semakin maju dan mampu menghadapi berbagai tantangan di masa depan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!