Profil PT Freeport Indonesia Pasca Penjualan 12 Persen Saham ke Pemerintah

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Kesepakatan Freeport-McMoran Inc. dengan Pemerintah Indonesia

Freeport-McMoran Inc., sebuah perusahaan tambang besar asal Amerika Serikat, telah menyetujui untuk melepas 12 persen sahamnya kepada pemerintah Indonesia. Perusahaan ini menjadi induk dari PT Freeport Indonesia (PTFI), yang beroperasi di wilayah Papua. Kesepakatan ini merupakan hasil dari negosiasi panjang antara pihak perusahaan dan pemerintah.

Menteri Investasi dan Hilirisasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Perkasa Roeslani, menjelaskan bahwa sebagai bagian dari kesepakatan, Freeport-McMoran juga berkomitmen untuk membangun dua sekolah dan satu rumah sakit di Papua. Ia mengungkapkan bahwa proses negosiasi yang dilakukan cukup intensif dan akhirnya berhasil mencapai kesepahaman.

Rosan menyebutkan bahwa pemerintah Indonesia terus melakukan kunjungan ke kantor pusat Freeport dan bertemu langsung dengan pemimpin perusahaan, Kathleen L. Quirk. “Kami negosiasi cukup kencang. Akhirnya mereka setuju 12 persen (melepaskan saham) dengan free of charge. Jadi kita tidak bayar,” ujarnya saat ditemui di Kantor BKPM Jakarta pada Rabu, 1 Oktober 2025.

Ia menegaskan bahwa hingga saat ini, tidak ada permasalahan dalam kesepakatan tersebut karena kedua belah pihak sudah menemukan titik temu. Pemerintah sedang mengurus proses administrasi pemindahan saham dan pengaturan beberapa poin negosiasi yang diperlukan. “Kalau itu sudah selesai, kita bisa segera melakukan penandatanganan,” katanya.

Rosan juga menyampaikan pesan Presiden Prabowo Subianto mengenai pembangunan sekolah yang akan dibangun oleh Freeport. Kata dia, Presiden ingin agar sekolah tersebut berhubungan dengan ilmu kedokteran dan STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics). “Dua itu akan dibangun di Papua,” ujar Rosan.

Sejarah Operasional Freeport di Indonesia

PT Freeport Indonesia beroperasi di Papua dan menjadi salah satu produsen tembaga, emas, dan perak terbesar di dunia. Lokasi operasional perusahaan berada di daerah dataran tinggi di Papua, sementara lokasi tambangnya terletak di wilayah mineral Grasberg, yang merupakan salah satu deposit tembaga dan emas terbesar di dunia.

Sejarah berdirinya Freeport dimulai pada tahun 1936 ketika ekspedisi Cartenz dilakukan oleh A.H. Colijn, F.J. Wissel, dan geolog Jean-Jacques Dozy. Mereka adalah kelompok luar pertama yang mencapai gunung Jaya Wijaya dan menemukan Ertsberg. Pada 1963, Ekspedisi Freeport oleh Forbes Wilson & Del Flint dilakukan untuk menemukan kembali Ertsberg.

Pada 1967, PT Freeport Indonesia didirikan sebagai anak perusahaan Freeport-McMoran Inc. Saat itu, pemerintah Indonesia dan Freeport-McMoran Inc. meneken perjanjian kontrak karya untuk eksplorasi dan eksploitasi tambang tembaga dan emas di Pegunungan Grasberg. Penandatanganan ini menjadi salah satu pionir investasi asing pertama di Indonesia.

Pada 1972, Freeport mulai memproduksi penambangan dan pengolahan bijih. Operasi pertambangan di Pegunungan Grasberg dimulai secara resmi pada 1973 setelah beberapa proyek eksplorasi sukses. Sejak itu, PT Freeport Indonesia menjadi produsen tembaga dan emas terkemuka dunia melalui tambang terbuka Grasberg.

Pada 1988, Freeport Indonesia kembali menemukan cadangan emas Grasberg. Pada 1991, Freeport Indonesia memperbarui kontrak karya II pemerintah Indonesia. Perjanjian ini mengatur ulang aspek-aspek tertentu mengenai eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam di wilayah tersebut. Salah satunya mengenai perpanjangan jangka waktu 30 tahun dengan hak perpanjangan hingga 2x10 tahun.

Pada 1997, Freeport Indonesia menyelesaikan dan mulai mengoperasikan PT Smelting di Gresik, Jawa Timur. Fasilitas pemurnian ini merupakan tempat katoda tembaga pertama kali diproduksi di Indonesia. Sebanyak 40 persen dari produksi konsentrat perusahaan diolah menjadi katoda tembaga melalui smelter ini.

Pada 2004, Freeport memulai investasi dalam proyek pengembangan bawah tanah sebagai kelanjutan dari operasi tambang terbuka Grasberg, yang berakhir pada 2018. Pada 2018, terjadi penandatanganan izin usaha pertambangan khusus yang mencakup perubahan bentuk dan perpanjangan operasi pertambangan hingga 2041. Ketika itu, terjadi peralihan saham sehingga 51,24 persen saham perusahaan menjadi kepemilikan Indonesia.

Alif Ilham Fajriadi, Dini Diah, Rizki Dewi Ayu, dan Daniel Ahmad Fajri berkontribusi dalam penulisan artikel ini.