Rupiah Turun Tapi Bisnis Berkembang

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Dampak Pelemahan Rupiah terhadap Pelaku Usaha

Nilai tukar rupiah yang cenderung fluktuatif dalam beberapa waktu terakhir menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku usaha nasional. Ketidakpastian pergerakan kurs terhadap dolar Amerika Serikat (AS) membuat banyak pelaku bisnis lebih selektif dalam mengambil keputusan, khususnya terkait rencana ekspansi usaha. Bagi sektor-sektor yang bergantung pada impor bahan baku, barang modal, atau pembiayaan luar negeri, pelemahan rupiah menjadi tantangan berat. Biaya produksi meningkat, tekanan terhadap arus kas semakin besar, dan ruang gerak dunia usaha semakin sempit.

Yusuf Rendy Manilet, peneliti ekonomi dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, menyatakan bahwa tekanan nilai tukar memberikan dampak signifikan terhadap struktur biaya di berbagai sektor usaha. Menurutnya, pelemahan rupiah menyebabkan biaya operasional meningkat, terutama bagi perusahaan yang harus membayar impor dalam denominasi dolar AS. Dengan kurs yang masih volatil dan arah kebijakan yang belum konsisten, ekspansi besar-besaran di tahun ini sangat kecil kemungkinannya. Yang lebih mungkin adalah langkah ekspansi terbatas di sektor yang sudah memiliki pasar kuat dan bisa memanfaatkan pelemahan rupiah sebagai peluang sambil menunggu stabilitas makro yang lebih terjamin.

Membangun Ekosistem Usaha yang Kondusif

Meski peluang penguatan tetap ada, pelaku usaha umumnya bersikap hati-hati. Yusuf menekankan bahwa stabilitas makroekonomi menjadi faktor utama dalam keputusan ekspansi. Ketidakpastian arah kebijakan fiskal dan moneter, ditambah tekanan global, membuat dunia usaha memilih menunggu hingga situasi lebih kondusif. Selama kondisi makro belum stabil, pelaku usaha cenderung menahan ekspansi dalam skala besar. Mereka lebih fokus pada efisiensi internal dan menjaga kestabilan operasional.

Peran pemerintah dalam menciptakan ekosistem usaha yang lebih kondusif sangat penting. Kepastian kebijakan, dukungan fiskal, serta langkah-langkah stabilisasi dari Bank Indonesia (BI) diperlukan agar dunia usaha kembali percaya diri dalam mengambil keputusan ekspansi. Saat ini, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada pada kisaran Rp16.665 hingga Rp16.700 per dolar AS.

Pelemahan Rupiah dan Kepercayaan Publik

Sementara itu, Ajib Hamdani, analis kebijakan ekonomi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), menyatakan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah tidak hanya disebabkan oleh faktor global. Faktor domestik, terutama persepsi dan kepercayaan publik terhadap arah kebijakan ekonomi nasional, juga turut berperan. Secara fundamental, kondisi ekonomi Indonesia masih stabil. Inflasi terkendali, defisit fiskal dalam batas aman, dan rasio utang luar negeri relatif moderat. Namun, stabilitas makro tersebut belum sepenuhnya tercermin dalam penguatan nilai tukar rupiah.

Faktor dalam negeri, seperti tingkat keyakinan publik terhadap kabinet baru, masih perlu diperkuat. Kepercayaan itu penting agar program-program ekonomi yang dicanangkan mendapat dukungan pasar. Sentimen terhadap mata uang tidak hanya bergantung pada indikator ekonomi makro, tetapi juga pada ekspektasi dan persepsi publik maupun pelaku pasar terhadap konsistensi arah kebijakan pemerintah ke depan. Salah satu tantangan utama saat ini adalah bagaimana pemerintah, khususnya jajaran kabinet ekonomi yang baru terbentuk, dapat memberikan sinyal kuat dan konsisten terkait arah kebijakan fiskal dan moneter.

Upaya BI untuk Stabilisasi Rupiah

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menyatakan bahwa BI tidak tinggal diam terhadap pelemahan rupiah. Seluruh instrumen yang dimiliki telah dikerahkan secara berani untuk menstabilkan nilai tukar terhadap dolar AS. BI menggunakan seluruh instrumen yang ada, baik di pasar domestik melalui instrumen spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder, maupun di pasar luar negeri di Asia, Eropa, dan Amerika, secara terus-menerus melalui intervensi NDF.

Langkah ini dikenal sebagai triple intervention, yaitu strategi intervensi di tiga lini spot market, DNDF, dan pasar obligasi, yang diterapkan secara agresif demi menahan laju pelemahan rupiah. Perry menegaskan bahwa menjaga stabilitas nilai tukar rupiah bukan hanya tanggung jawab BI semata, melainkan harus menjadi perhatian bersama seluruh pelaku pasar dan dunia usaha. Ia mengajak semua pihak untuk bersinergi menjaga iklim pasar keuangan yang kondusif demi tercapainya kestabilan nilai tukar secara berkelanjutan.

Optimisme Menteri Keuangan terhadap Rupiah

Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa sebelumnya menyatakan bahwa tekanan terhadap rupiah dipicu oleh sentimen pasar yang keliru, menyusul keputusan bank pelat merah menaikkan suku bunga deposito valas menjadi 4 persen. Akibatnya, dana berpindah dari deposito rupiah yang bunganya 3,75 persen dan dijamin LPS ke deposito valas. Kebijakan ini efektif berlaku mulai 5 November 2025. Namun akibat dari kebijakan ini, permintaan terhadap dolar AS meningkat sementara permintaan terhadap rupiah menurun. Hal ini menyebabkan arus keluar modal dari rupiah ke dolar, sehingga tekanan jual terhadap rupiah meningkat dan nilai tukar rupiah melemah.

Purbaya menegaskan bahwa kebijakan itu murni inisiatif bank, bukan arahan dari Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, atau Danantara. Meski begitu, ia optimistis rupiah akan menguat pada pekan ini. Pada Senin (29/9), mata uang Garuda ditutup menguat ke level Rp16.680 per dolar AS, dan terus terapresiasi hingga hari ini, yang berakhir di level Rp16.665 per dolar AS. Indikator yang mendorong optimisme rupiah akan menguat pekan depan adalah fundamental ekonomi Indonesia yang baik seperti pertumbuhan ekonomi yang konsisten di level 5 persen yang kemudian akan mendorong masuknya aliran modal asing.