
Kondisi Pasar Bitcoin yang Tidak Jelas
Di tengah situasi pasar kripto yang sedang lesu, Bitcoin menunjukkan perilaku yang membingungkan. Harganya tetap berada di sekitar USD 111.611 atau sekitar Rp 1,86 miliar, nyaris tidak mengalami perubahan signifikan. Seperti tamu pesta yang menunggu lagu favoritnya diputar sebelum ikut berdansa, harga Bitcoin terlihat diam dan menunggu momentum yang tepat.
Kondisi ini disebut sebagai fase konsolidasi, di mana pasar seolah-olah sedang "tidur siang" setelah mengalami volatilitas ekstrem pada awal bulan. Pekan lalu, harga Bitcoin sempat turun dari USD 115.000 ke USD 109.000 akibat aksi jual besar-besaran yang melikuidasi posisi long dengan leverage tinggi.
Zona Support dan Potensi Breakout
Secara teknikal, para analis melihat zona USD 107.000–108.700 sebagai support penting. Jika zona tersebut jebol, maka harga bisa merosot lebih jauh ke USD 105.000 bahkan USD 100.000. Sebaliknya, jika Bitcoin mampu menembus dan bertahan di atas USD 112.000–113.000, pasar bisa kembali mencoba menembus USD 115.000 hingga USD 120.000.
Namun, volume perdagangan menjadi faktor penentu apakah breakout itu sahih atau hanya umpan palsu. Beberapa indikator teknikal memberikan sinyal yang bertolak belakang. Indeks kekuatan relatif (Relative Strength Index/RSI) menunjukkan potensi pemulihan (bullish divergence), sementara indikator MACD justru condong ke arah bearish untuk jangka waktu yang lebih panjang.
Artinya, pasar belum punya arah jelas. Ini adalah "fase hurry up and wait", cepat-cepat masuk, lalu disuruh menunggu.
Faktor Fundamental yang Menambah Keraguan
Selain aspek teknikal, faktor fundamental juga menambah keraguan dalam pasar. Produk Exchange-Traded Fund (ETF) spot Bitcoin mencatatkan arus keluar (outflow) yang signifikan minggu lalu. Sementara itu, whale (pemilik BTC dalam jumlah besar) memindahkan dana ke dompet baru dan bursa, serta institusi besar seperti Grayscale dan BlackRock memangkas kepemilikan.
Semua ini membuat likuiditas pasar jadi tipis, sehingga harga mudah naik atau turun drastis dengan volume yang tidak besar. Namun demikian, tidak ada tanda-tanda kapitulasi ekstrem—ini bukan kepanikan, hanya suasana hati yang sendu.
'Uptober' Jadi Harapan Baru?
Satu hal yang menarik adalah reputasi bulan Oktober dalam sejarah kripto. Banyak investor menyebutnya “Uptober” karena sering menjadi awal tren naik. Jika kebijakan moneter Amerika Serikat melunak atau ada katalis positif dari regulator, bisa saja Bitcoin bangkit dari fase bosan ini dan mencetak reli baru.
Namun jika tidak, fase chop atau gerak mendatar seperti saat ini bisa terus berlanjut. Pasar akan tetap terombang-ambing oleh data ekonomi makro, penguatan dolar Amerika Serikat, serta pernyataan dari bank sentral (The Fed).
Fase Bosen tapi Tetap Perlu Waspada
Bagi trader harian, fase seperti ini memang membosankan. Tapi pasar kripto punya sejarah bahwa kebosanan sering kali adalah pendahulu kejutan besar. Dengan harga yang bertahan di atas Rp 1,86 miliar dan potensi breakout di kisaran Rp 1,88–1,91 miliar, Bitcoin bisa saja meledak kapan saja.
Karena itu, tetap waspada, jangan terlalu yakin, dan jangan terlalu pesimis. Seperti di lantai dansa, momen terbaik datang saat DJ memutar lagu yang pas.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!