
Glagah Jadi Contoh Wilayah Siap Hadapi Bencana Gempa dan Tsunami
Di tengah tantangan bencana alam yang terus mengancam, kesiapan masyarakat menjadi faktor penting dalam mengurangi risiko bahaya. Di Kalurahan Glagah, Kapanewon Temon, Kulon Progo, keberhasilan dalam mempersiapkan diri menghadapi gempa bumi dan tsunami telah menjadi contoh yang layak ditiru.
Pada acara Sekolah Lapang Gempa Bumi dan Tsunami yang diadakan di Glagah, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menyampaikan bahwa wilayah ini menjadi salah satu yang paling siap dalam menghadapi potensi bencana tersebut. Acara ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam mitigasi bencana.
Dwikorita menekankan bahwa Glagah dinilai sebagai kalurahan paling siap dari 11 kalurahan zona rawan tsunami di Kulon Progo. Hal ini didukung oleh pengakuan dari lembaga internasional seperti UNESCO, yang menyatakan bahwa Glagah sudah memenuhi standar internasional dalam mitigasi gempa dan tsunami.
Menurutnya, ada 12 indikator utama yang menunjukkan kesiapan suatu wilayah dalam menghadapi bencana. Indikator-indikator tersebut mencakup pengetahuan, pemahaman, serta keterampilan masyarakat. Selain itu, kesiapan juga melibatkan dukungan dari pemerintah daerah, seperti adanya peta bahaya tsunami dan jalur evakuasi yang jelas.
Peran Pemerintah dan Masyarakat dalam Mitigasi Bencana
Dwikorita menyarankan agar Pemerintah Kalurahan Glagah dapat menjadi contoh bagi 10 kalurahan lain yang berada di zona merah tsunami. Dengan begitu, upaya mitigasi bisa dilakukan secara lebih efektif dan merata.
Selain itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo, Setiawan Tri Widada, menjelaskan bahwa saat ini hanya terdapat dua sistem peringatan dini tsunami (Early Warning System/EWS) yang terpasang. Salah satunya berada di wilayah Glagah, sementara satunya lagi berada di Kalurahan Karangwuni, Kapanewon Wates. Sementara itu, EWS lainnya rusak akibat berbagai sebab.
BPBD Kulon Progo terus berupaya untuk memberikan pendampingan kepada masyarakat yang tinggal di zona merah tsunami. Mereka dilatih agar lebih peka dalam mengenali tanda-tanda tsunami dan mampu melakukan mitigasi mandiri.
Upaya Penguatan Kapasitas Masyarakat
Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Sleman, Ardiyanto Septi, menyampaikan bahwa pihaknya telah memasang rambu arah evakuasi tsunami di wilayah Glagah, khususnya di titik-titik strategis. Tujuannya adalah untuk memudahkan masyarakat dalam proses evakuasi.
Selain itu, pihaknya juga bekerja sama dengan masyarakat untuk membentuk Agen MMI (Modified Mercalli Intensity). Agen ini bertugas memberikan informasi tentang besarnya guncangan dan kerusakan wilayah yang terdampak saat terjadi gempa bumi.
Kesimpulan
Glagah menjadi bukti bahwa kesiapan masyarakat dan pemerintah daerah dalam menghadapi bencana sangat penting. Dengan adanya pelatihan, infrastruktur yang memadai, serta kolaborasi antara instansi terkait dan masyarakat, harapan untuk mengurangi risiko bencana bisa tercapai. Diharapkan, wilayah-wilayah lain di Kulon Progo dapat mengikuti jejak Glagah dalam memperkuat kapasitas mitigasi bencana.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!