Depok Kehilangan Jalan dan Banjir: Warga Minta Solusi Cepat

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Masalah Infrastruktur yang Mengancam Kehidupan Warga Depok

Kota Depok, yang dikenal sebagai penyangga utama ibu kota dengan pertumbuhan penduduk yang pesat, kini kembali menjadi sorotan akibat masalah infrastruktur yang tak kunjung tuntas. Dalam seminggu terakhir, dua insiden besar menyita perhatian publik: kerusakan parah di Jalan Gedoran dekat Terminal Depok Baru yang membuat pengendara was-was, serta banjir mendadak di Jalan Janger Raya akibat kebocoran pipa air bersih milik PDAM. Kejadian ini bukan sekadar gangguan sementara, melainkan cerminan dari ketidaksiapan infrastruktur menghadapi beban kota yang semakin berat, dengan lalu lintas padat dan sistem drainase yang rentan.

Warga, mulai dari sopir angkutan umum hingga keluarga biasa, merasakan dampak langsung berupa kerugian waktu, biaya perbaikan kendaraan, dan bahkan risiko kesehatan dari genangan air kotor. Di tengah cuaca yang tak menentu menjelang akhir September 2025, masalah ini menuntut intervensi segera dari pemerintah kota agar tidak berkembang menjadi krisis yang lebih luas. Sebagai kota dengan populasi lebih dari dua juta jiwa, Depok seharusnya memprioritaskan pemeliharaan dasar seperti jalan dan saluran air, bukan hanya mengejar proyek prestisius yang sering kali terlambat terealisasi.

Kerusakan Parah Jalan Gedoran: Tantangan Harian bagi Sopir dan Penumpang

Jalan Gedoran, yang menjadi akses vital menuju Terminal Depok Baru, kini lebih menyerupai medan off-road daripada jalur transportasi utama di kota metropolitan. Ruas jalan sepanjang sekitar 250 meter ini dipenuhi belasan lubang dengan kedalaman hingga 7 sentimeter, yang semakin parah akibat lalu lintas berat dari bus-bus besar dan angkutan kota sejak proyek pengembangan kawasan dimulai beberapa tahun lalu. Kondisi ini telah berlangsung selama berbulan-bulan, dengan tambalan sementara berupa kerikil yang justru menambah risiko selip saat hujan deras mengguyur, membuat pengendara harus bermanuver ekstrem untuk menghindari kecelakaan.

Sopir angkot seperti yang sering melintas di sana mengaku ini adalah kondisi terburuk dalam satu dekade terakhir, di mana ban kendaraan sering pecah atau suspensi rusak, menambah beban operasional harian mereka yang sudah tipis. Dampak kerusakan ini tidak hanya dirasakan oleh para pengemudi profesional, tapi juga penumpang yang bergantung pada transportasi umum untuk aktivitas sehari-hari. Bayangkan seorang ibu rumah tangga yang membawa belanjaan atau anak sekolah yang terguncang hebat saat bus melintasi lubang-lubang ganas tersebut, sering kali menyebabkan mual atau bahkan cedera ringan.

Warga setempat, termasuk pedagang di sekitar terminal, juga mengeluhkan penurunan omset karena akses yang sulit, di mana pelanggan enggan datang akibat kemacetan tambahan yang ditimbulkan. Situasi semakin kritis di musim hujan seperti sekarang, ketika air menggenang di lubang-lubang itu, menciptakan genangan yang licin dan berpotensi menjadi sarang penyakit. Tanpa perbaikan segera, jalan ini bisa menjadi pemicu kecelakaan fatal, terutama mengingat volume kendaraan yang terus meningkat seiring pertumbuhan kota.

Pihak berwenang, melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Depok, mengakui kendala utama berupa status kepemilikan jalan yang masih di bawah pengembang swasta, sehingga proses intervensi terhambat oleh birokrasi. Meski demikian, koordinasi dengan pihak terkait seperti PT Andyka telah dilakukan, meskipun warga mulai kehilangan kesabaran atas janji-janji yang berulang tanpa aksi nyata. Beberapa upaya sementara, seperti patroli lalu lintas untuk mengurangi kemacetan, telah diterapkan, tapi ini tak cukup mengatasi akar masalah. Warga mendesak agar pemerintah kota mengambil alih lebih cepat, mungkin melalui skema kemitraan publik-swasta, agar Jalan Gedoran bisa segera direhabilitasi dan mendukung mobilitas ribuan orang setiap harinya.

Banjir Mendadak di Jalan Janger Raya: Korban Kebocoran Pipa Tua

Malam Minggu, 21 September 2025, menjadi mimpi buruk bagi warga di Jalan Janger Raya, Kecamatan Sukmajaya, ketika air tiba-tiba meluap dari bawah tanah sekitar pukul 19.30 WIB, merendam tiga rumah dengan ketinggian hingga 30 sentimeter. Penyebabnya adalah kebocoran pada pipa Jaringan Distribusi Utama (JDU) milik PT Tirta Asasta Depok, yang sudah berusia lebih dari empat dekade sejak dipasang pada 1980-an, membuatnya rentan pecah di bawah tekanan air yang tinggi. Air bercampur lumpur menyusup ke dalam rumah, merusak perabotan, karpet, dan barang elektronik, sementara penghuni terpaksa mengevakuasi diri di tengah kegelapan malam.

Respons dari PDAM terbilang cepat, dengan tim teknis segera memutus aliran air dan menyelesaikan perbaikan darurat sekitar pukul 02.00 WIB dini hari, sehingga banjir surut pada Senin pagi. Namun, sisa lumpur tebal masih menempel di jalan dan halaman rumah, mengharuskan warga menghabiskan waktu berjam-jam untuk membersihkan, termasuk menggosok dinding dan lantai yang lengket. Biaya tambahan untuk perbaikan barang rusak menjadi beban ekstra bagi keluarga kelas menengah di kawasan itu, yang mayoritas bergantung pada pasokan air bersih harian.

Insiden ini menyoroti kerentanan sistem distribusi air di Depok, di mana pipa-pipa tua sering menjadi bom waktu, terutama saat musim hujan meningkatkan risiko kebocoran. Lebih dari kerugian materi, kejadian ini meninggalkan trauma psikologis bagi keluarga terdampak, khususnya anak-anak yang takut dengan genangan air yang berpotensi membawa penyakit seperti demam berdarah atau infeksi kulit. Warga setempat menuntut bukan hanya perbaikan sementara, tapi penggantian total pipa dari bahan PVC lama ke HDPE yang lebih tahan lama, seperti yang direncanakan oleh PDAM. Tanpa investasi preventif seperti audit rutin jaringan pipa, kejadian serupa bisa berulang, mengganggu ratusan rumah tangga di Sukmajaya dan sekitarnya.

Respons Pemerintah Kota: Janji Perbaikan di Tengah Tantangan Birokrasi

Pemerintah Kota Depok, di bawah kepemimpinan Wali Kota Supian Suri, telah menunjukkan beberapa langkah responsif terhadap keluhan infrastruktur, meski sering kali terhambat oleh prosedur administratif yang rumit. Untuk Jalan Gedoran, Dinas PUPR sedang berkoordinasi dengan pengembang swasta untuk percepatan transfer kewenangan, sementara untuk kebocoran pipa, PT Tirta Asasta telah menyelesaikan perbaikan dan berjanji melakukan audit menyeluruh pada jaringan lama. Namun, warga merasa ini masih sebatas kata-kata, mengingat masalah serupa telah berulang tanpa pencegahan jangka panjang.

Upaya seperti pembentukan tim reaksi cepat di Dinas Perhubungan untuk menangani isu jalanan juga digagas, tapi implementasinya masih dalam tahap perencanaan. Di sisi lain, rencana pembangunan infrastruktur tahun depan mencakup pelebaran beberapa jalan utama seperti Raya Sawangan dan penataan bundaran Grand Depok City, yang diharapkan mengurangi kemacetan dan banjir. Anggaran untuk pemeliharaan preventif juga ditingkatkan, dengan fokus pada normalisasi kali untuk mencegah banjir musiman, meski tantangan seperti sampah dari hulu tetap menjadi isu lintas wilayah.

Kolaborasi dengan pemerintah pusat dan daerah tetangga menjadi kunci, tapi birokrasi sering memperlambat proses, membuat warga frustrasi atas lambannya perubahan di lapangan. Meski ada apresiasi terhadap patroli rutin dan perbaikan darurat, survei informal menunjukkan tingkat ketidakpuasan warga mencapai angka tinggi terhadap penanganan infrastruktur tahun ini. Pemerintah bisa belajar dari kota-kota tetangga yang sukses menerapkan kemitraan swasta untuk mempercepat proyek, seperti rekonstruksi jalan dengan alokasi anggaran efisien.

Pada akhirnya, transparansi melalui laporan kemajuan rutin via aplikasi pemerintah bisa membangun kepercayaan publik, memastikan bahwa janji tak lagi sekadar retorika. Jika masalah infrastruktur seperti jalan rusak dan banjir dibiarkan berlarut, Depok berisiko kehilangan daya tarik sebagai kota hunian ideal, dengan potensi migrasi warga ke daerah lain yang lebih aman dan nyaman. Dampak ekonomi terlihat jelas, di mana sopir angkot mengeluarkan biaya jutaan rupiah per bulan untuk perbaikan kendaraan, sementara usaha kecil di kawasan banjir kehilangan pendapatan akibat gangguan operasional.

Kesehatan masyarakat juga terancam, dengan genangan air menjadi breeding ground bagi nyamuk pembawa penyakit, terutama di tengah musim pancaroba yang rawan wabah. Untuk membangun ketangguhan, Depok perlu strategi holistik seperti audit infrastruktur tahunan dan peningkatan anggaran untuk pemeliharaan preventif, termasuk penggantian pipa tua secara bertahap. Partisipasi warga melalui laporan komunitas bisa mempercepat respons, sementara kemitraan dengan swasta memastikan efisiensi.

Dengan potensi sebagai pusat pendidikan dan perdagangan, kota ini bisa bangkit menjadi contoh pembangunan berkelanjutan jika semua pihak berkolaborasi. Pada akhirnya, Depok yang maju bukan hanya tentang gedung tinggi atau proyek megah, tapi fondasi dasar seperti jalan mulus dan drainase andal yang mendukung kehidupan sehari-hari. Harapan warga adalah melihat aksi nyata di 2025 ini, agar kota mereka tak lagi didera krisis berulang, melainkan menjadi tempat yang aman, sejahtera, dan layak huni bagi generasi mendatang.