
Kinerja Positif ICBP pada Semester II Tahun 2025
Kinerja PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) diproyeksikan positif pada semester kedua tahun 2025. Hal ini didorong oleh peningkatan permintaan yang diperkirakan akan terus meningkat hingga akhir tahun. Pada semester pertama tahun 2025, ICBP mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 1,73% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi Rp 37,6 triliun. Pertumbuhan ini berasal dari peningkatan penjualan di berbagai segmen usaha.
Segmen bumbu dapur mengalami pertumbuhan sebesar 6,5% YoY, sedangkan segmen makanan ringan tumbuh sebesar 3,27% YoY dan segmen mi sebesar 2,53% YoY. Di sisi lain, beberapa segmen lain seperti nutrisi dan makanan khusus, susu, serta minuman mengalami penurunan penjualan masing-masing sebesar 0,45%, 2,86%, dan 12,1% YoY.
Secara triwulanan, pendapatan ICBP menurun sebesar 13,73% QoQ menjadi Rp 17,42 triliun pada kuartal II tahun 2025. Penurunan ini sejalan dengan penurunan penjualan di seluruh segmen usaha. Menurut Muhammad Heru, Analis Phintraco Sekuritas, kondisi ini disebabkan oleh normalisasi konsumsi masyarakat pasca Ramadan dan Idul Fitri. Namun, ia memperkirakan bahwa permintaan akan membaik pada semester kedua tahun 2025, terutama pada kuartal keempat seiring momentum perayaan Natal dan Tahun Baru.
Beban pokok penjualan ICBP meningkat sebesar 6,64% YoY menjadi Rp 23,81 triliun pada semester pertama tahun 2025. Heru menilai bahwa peningkatan ini terutama disebabkan oleh kenaikan harga rata-rata CPO (crude palm oil), yang merupakan salah satu bahan baku utama ICBP dalam produksi produknya.
Sementara itu, laba bersih ICBP tumbuh sebesar 56,5% YoY menjadi Rp 5,54 triliun pada semester pertama tahun 2025. Pertumbuhan ini didorong oleh penurunan beban keuangan sebesar 66,35% YoY menjadi Rp 1,29 triliun. Penurunan ini disebabkan oleh pengurangan rugi selisih kurs dari aktivitas pendanaan menjadi Rp 227 miliar pada semester pertama tahun 2025, dibandingkan Rp 2,75 triliun pada semester pertama tahun 2024.
Heru melihat bahwa ICBP tetap berkomitmen untuk mengembangkan bisnis domestik dan globalnya. Perusahaan fokus pada peningkatan kemampuan manufaktur melalui pemutakhiran teknologi, peningkatan efisiensi mesin, serta ekspansi kapasitas. Selain itu, ICBP juga berinovasi untuk menghadirkan produk-produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Proyeksi Pertumbuhan dan Tantangan
Analis OCBC Sekuritas, Jessica Leonardy, memperkirakan bahwa target top-line growth ICBP untuk tahun 2025 sebesar 7% - 9% YoY akan sulit dicapai. Meski demikian, manajemen ICBP tetap berfokus pada stabilitas profitabilitas dengan penekanan pada efisiensi biaya operasional. Target EBIT margin sebesar 20% - 22% untuk tahun 2025 diharapkan dapat tercapai.
Pertumbuhan ke depan akan didukung oleh strategi price adjustment, peluncuran kategori produk baru, variasi rasa dan kemasan pada produk yang sudah ada, serta ekspansi pasar luar negeri. Jessica menyebutkan bahwa tantangan utama masih terletak pada daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih. Namun, adanya stimulus pemerintah di semester kedua tahun 2025, peningkatan belanja pemerintah, dan pelonggaran kebijakan moneter diharapkan dapat mendorong daya beli masyarakat.
Beberapa downside risks yang mungkin dihadapi ICBP antara lain kenaikan harga bahan baku, daya beli masyarakat yang belum membaik, serta pertumbuhan pendapatan yang lebih lambat. Meskipun ada tantangan jangka pendek, prospek jangka menengah ICBP masih konstruktif.
Proyeksi Pendapatan dan Rekomendasi Saham
Ezaridho Ibnutama, Analis NH Korindo Sekuritas, memproyeksikan pendapatan ICBP pada tahun 2025 sebesar Rp 76,23 triliun dan laba bersih sebesar Rp 7,67 triliun. Pada tahun 2024, ICBP membukukan pendapatan dan laba masing-masing sebesar Rp 72,59 triliun dan Rp 7,07 triliun.
Izaridho menyukai saham ICBP karena strategi kolaborasi dengan berbagai merek dan kreator konten lokal seperti Tahilalat, Rangga dan Cinta, serta Timnas Indonesia. Strategi ini diharapkan dapat meningkatkan daya tarik produk ICBP.
Heru dan Ezaridho merekomendasikan buy saham ICBP dengan target harga masing-masing sebesar Rp 13.450 dan Rp 13.000 per saham. Sementara itu, Analis BRI Danareksa Sekuritas Christy Halim juga merekomendasikan buy saham ICBP dengan target harga Rp 12.000 per saham. Risiko utama dari proyeksi tersebut termasuk pelaksanaan stimulus pemerintah yang lebih lambat dari yang diharapkan dan tren konsumsi yang lemah. Selain itu, harga komoditas yang lebih rendah juga dapat menekan margin perusahaan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!