
Teknologi Biobank untuk Menyelamatkan Badak Jawa dari Kepunahan
Kementerian Kehutanan dan Institut Pertanian Bogor (IPB) sedang mengembangkan teknologi Biobank sebagai upaya untuk menjaga keberlangsungan hidup badak jawa. Teknologi ini akan diterapkan pada populasi badak jawa yang tinggal di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), satu-satunya kawasan yang menjadi tempat tinggal satwa langka ini.
“Kami sudah bekerja sama dengan IPB untuk membuat biobank. Termasuk mengintroduksi ART atau Assisted Reproductive Technology, secara sederhananya, ini teknologi bayi tabung untuk badak,” ujar Raja Juli pada 22 September 2025.
Dalam jurnal yang diterbitkan oleh Wilder, A. P., et al. (2024), penerapan Biobank untuk badak putih utara (Ceratotherium simum cottoni) menunjukkan bahwa proses pelestarian spesies ini melibatkan beberapa tahapan. Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah pengumpulan sel sperma, sel telur, sel kulit, atau embrio dari individu-individu yang ada. Sel-sel tersebut kemudian diawetkan dengan suhu ekstra rendah agar dapat digunakan di masa depan.
Namun, cara yang paling umum dan relatif lebih mudah adalah menggunakan sel sperma dan embrio. Menurut penelitian tersebut, sel sperma yang telah diawetkan dapat disuntikan ke badak betina yang tersisa. Mekanisme ini juga bisa dilakukan melalui pembuahan di luar tubuh induk, dengan menggabungkan sel sperma dan sel telur di luar tubuh. Embrio yang dihasilkan dapat diinseminasi ke induk pengganti atau disimpan dalam jangka waktu tertentu.
Dengan pertumbuhan populasi yang sangat lambat, mekanisme ini diharapkan mampu membantu mempercepat pemulihan jumlah badak jawa. Dari catatan historis, pada tahun 2014 hanya terdapat 57 ekor badak jawa di TNUK. Dalam sepuluh tahun berikutnya, populasi hanya bertambah sebanyak 25 ekor, mencapai 82 ekor pada tahun 2024. Kementerian Kehutanan memperkirakan bahwa jumlah badak jawa pada tahun ini berkisar antara 87 hingga 100 ekor.
Beberapa alasan mengapa pertumbuhan populasi badak jawa sangat lambat telah diungkap dalam dokumen bertajuk “Javan Rhino Population & Habitat Viability Assessment”. Dokumen ini dirilis oleh Kementerian Kehutanan dan lembaga-lembaga lingkungan. Salah satu faktor utama adalah masalah penyakit yang sering menyerang populasi. Selain itu, perburuan ilegal dan depresi kawin antar kerabat juga menjadi kendala besar dalam reproduksi satwa langka ini.
Upaya-upaya lain seperti translokasi badak jawa dan perluasan habitat juga telah dilakukan. Namun, semua inisiatif ini tetap membutuhkan pendekatan yang komprehensif dan kolaborasi lintas sektor.
Strategi Pelestarian Populasi Badak Jawa
Untuk menjamin kelangsungan hidup badak jawa, berbagai strategi telah diterapkan. Berikut adalah beberapa langkah penting:
- Pengembangan Biobank: Pengumpulan dan penyimpanan sel-sel vital seperti sperma dan embrio untuk digunakan dalam program reproduksi.
- Assisted Reproductive Technology (ART): Teknologi bayi tabung yang dapat meningkatkan peluang reproduksi dalam kondisi yang tidak ideal.
- Pemantauan Kesehatan: Mengidentifikasi dan mengatasi penyakit yang sering menyerang populasi badak jawa.
- Penegakan Hukum: Melakukan tindakan tegas terhadap para pelaku perburuan ilegal.
- Peningkatan Kesadaran Masyarakat: Edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya perlindungan satwa langka.
Dengan kombinasi teknologi modern dan kebijakan yang tepat, diharapkan populasi badak jawa dapat pulih dan tetap lestari di alam liar.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!