
Penemuan Beras Bulog yang Tidak Layak Konsumsi di Gudang Ternate
Komisi IV DPR RI menemukan sebanyak 1.200 ton beras Bulog yang tidak layak konsumsi di Gudang Perum Bulog Cabang Ternate, Maluku Utara. Penemuan ini dilakukan pada Selasa (23/9), dan dalam video yang diunggah oleh DPR, terlihat bahwa beras tersebut telah disimpan sejak Mei 2024. Hal ini memicu kekhawatiran terkait pengelolaan stok beras oleh Bulog, khususnya di daerah-daerah dengan akses distribusi yang terbatas.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan bahwa kondisi beras tersebut terjadi karena penyimpanan yang terlalu lama. Ia menjelaskan bahwa dalam proses penyimpanan, mutu beras bisa turun, terutama jika beras tersebut merupakan stok yang bawaan dari tahun 2024. Bapanas selalu memberikan peringatan kepada Bulog untuk mempercepat pengeluaran beras agar tidak terjadi penumpukan.
Menurut Arief, secara alami Bulog seharusnya mengeluarkan stok beras ke pasar antara Oktober hingga Februari. Sementara itu, pada Maret dan April, Bulog kembali menyerap beras dari petani, sehingga stok tetap diperbarui. Namun, dalam kasus ini, beras yang ditemukan sudah berada di gudang lebih dari 12 bulan.
Proses Pemeriksaan dan Reproses Beras
Arief menyebutkan bahwa akan ada pemeriksaan lebih lanjut terhadap 1.200 ton beras tersebut. Jika kondisinya masih bisa diproses ulang, maka akan dilakukan reproses. Namun, jika kualitasnya sudah rusak atau busuk, maka beras tersebut tidak boleh diedarkan ke masyarakat. Ia menegaskan bahwa seluruh bantuan pangan yang ditugaskan kepada Bulog harus sampai ke masyarakat dalam kondisi baik.
Pengecekan kualitas beras tidak hanya dilakukan di Maluku Utara, tetapi juga di daerah-daerah lain yang bukan kota besar, seperti daerah yang harus menyebrang pulau. Arief menekankan pentingnya pengawasan kualitas beras di semua lokasi, terutama di wilayah yang sulit dijangkau.
Kritik dari Titiek Soeharto
Sebelumnya, Ketua Komisi IV DPR RI Titiek Soeharto menyoroti kondisi beras yang ditemukan sudah berubah warna. Ia menyatakan bahwa warna beras tersebut sudah berubah menjadi abu-abu dan tidak tahu sampai kapan akan disimpan di gudang tanpa disalurkan. Ia menilai bahwa beras Bulog yang kualitasnya sudah buruk sebaiknya tidak dijual maupun dijadikan bantuan pangan. Menurutnya, beras tersebut mungkin bisa digunakan sebagai makanan ternak.
Penjelasan dari Kepala Bulog
Kepala Perum Bulog Rizal Ramdhani mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan pengecekan langsung di lapangan. Ia mengakui bahwa penyimpanan beras memiliki sisi positif maupun negatif. “Ada (beras) yang tidak layak, betul. Saat ini sedang diproses ulang supaya bisa layak konsumsi,” ujar Rizal.
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Mokhamad Suyamto menambahkan bahwa saat ini Bulog menguasai stok beras sebanyak 3,9 juta ton. Dari jumlah tersebut, ada sebagian kecil yang menjadi prioritas untuk dilakukan reproses. Reproses adalah langkah perbaikan beras agar kualitas terjaga, dapat disalurkan dan layak dikonsumsi. Jumlahnya kurang dari 0,1% dari total stok yang dikelola Bulog.
Suyamto menyampaikan apresiasi atas perhatian dan masukan DPR terkait hasil kunjungan kerja Komisi IV DPR RI ke Gudang Salahuddin, Bulog Cabang Ternate. Namun, ia menegaskan bahwa beras yang ditemukan dalam kondisi kurang optimal di Gudang Bulog Ternate bukanlah beras baru atau hasil pengadaan tahun berjalan. Beras tersebut merupakan bagian dari stok lama yang telah disimpan cukup lama, dengan umur simpan lebih dari 12 bulan.
Ia menambahkan bahwa kondisi geografis Ternate membuat distribusi pangan sangat bergantung pada cuaca, akses logistik, serta fluktuasi permintaan masyarakat. Dalam situasi seperti itu, distribusi terkadang tidak bisa dilakukan secepat yang direncanakan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!