
Perubahan Tren Investasi yang Mengutamakan Dampak Sosial dan Lingkungan
Tren investasi di dunia saat ini menunjukkan pergeseran yang signifikan. Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Friderica Widyasari Dewi atau lebih dikenal dengan panggilan Kiki, menyampaikan bahwa kini investor tidak hanya mencari keuntungan finansial semata, tetapi juga mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan dari penempatan modal mereka.
Kiki menjelaskan bahwa tren ini bukan hanya terjadi di Indonesia, melainkan mulai muncul dari tingkat global. Investor kini lebih peduli terhadap seberapa besar pengembalian yang mereka terima, namun juga memastikan bahwa investasi mereka memberikan dampak positif secara sosial dan ekonomi.
“Mereka (investor) tidak hanya melihat atau concern terhadap seberapa besar return yang dia terima, tapi mereka juga melihat apakah investasi mereka itu punya impact juga secara sosial, ekonomi,” ujarnya dalam acara Maybank Global CR Day 2025 di Jakarta Selatan, Sabtu (27/9).
Menurutnya, fenomena ini menjadi sinyal positif karena investor global bahkan rela menerima imbal hasil yang lebih rendah asalkan dana yang mereka tanam dialokasikan untuk instrumen ramah lingkungan. Hal ini didukung oleh studi Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD). Studi tersebut menunjukkan bahwa investor cenderung lebih memilih investasi hijau meskipun menghasilkan yield yang sedikit lebih rendah.
“Mereka (OECD) melihat bagaimana investor itu bahkan rela untuk menerima yield yang sedikit lebih rendah, namun investasi mereka itu dipastikan investasi hijau,” tambahnya.
Kebutuhan Investasi Besar untuk Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan
Sebelumnya, Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Mari Elka Pangestu, menyampaikan bahwa Indonesia membutuhkan investasi besar untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen. Ia menjelaskan bahwa dibutuhkan dana sebesar USD 200 miliar hingga USD 250 miliar, atau sekitar Rp 3.271 triliun hingga Rp 4.089 triliun, dalam lima tahun ke depan agar perekonomian Indonesia bisa tumbuh di kisaran 8 persen sambil tetap menjaga keberlanjutan lingkungan.
“Jika ingin berkembang di 8 persen, kita telah mengetahui bahwa kita membutuhkan USD 200 hingga USD 250 miliar untuk investasi dalam lima tahun berikutnya,” kata Mari dalam acara Indonesia Net-Zero Summit 2025 di Jakarta, dikutip pada hari yang sama.
Ia menekankan bahwa aliran investasi besar tersebut tidak dapat berjalan tanpa arah yang jelas. Dana harus difokuskan pada strategi pertumbuhan hijau yang terintegrasi dengan sektor-sektor prioritas, reformasi kebijakan pendukung, serta perencanaan pembiayaan yang jelas.
Pentingnya Keseimbangan Antara Pertumbuhan dan Keberlanjutan
Dari berbagai pandangan yang disampaikan, terlihat bahwa keberlanjutan lingkungan dan dampak sosial kini menjadi faktor penting dalam pengambilan keputusan investasi. Tidak hanya investor, tetapi juga pemerintah dan pelaku bisnis mulai memahami bahwa pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan adalah kunci utama untuk masa depan yang lebih baik.
Investasi hijau, seperti energi terbarukan, teknologi ramah lingkungan, dan proyek infrastruktur berkelanjutan, menjadi fokus utama. Dengan pendanaan yang tepat dan strategi yang terarah, Indonesia memiliki potensi besar untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang stabil sambil menjaga keberlanjutan lingkungan.
Selain itu, kolaborasi antara pihak swasta dan pemerintah akan sangat penting dalam mendorong inisiatif-inisiatif yang berdampak positif. Regulasi yang mendukung, insentif kebijakan, serta kesadaran masyarakat akan perlu ditingkatkan agar investasi berkelanjutan bisa menjadi norma, bukan sekadar eksperimen.
Pergeseran tren investasi ini membuka peluang baru bagi Indonesia untuk menjadi contoh dalam menggabungkan pertumbuhan ekonomi dengan tanggung jawab lingkungan. Dengan komitmen yang kuat dan langkah-langkah konkret, Indonesia dapat membangun masa depan yang lebih hijau dan sejahtera.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!