JPPI Minta Penyelidikan Menyeluruh Kasus Kematian Bunga, Siswa SMKN 1 Cihampelas

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Kematian Bunga Rahmawati dan Dugaan Kaitan dengan Makanan Bergizi Gratis (MBG)

Kasus kematian Bunga Rahmawati (17), seorang siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat, menarik perhatian berbagai pihak. Salah satunya adalah Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), yang menyampaikan sorotan terhadap kejadian ini. Meskipun dinas kesehatan setempat mengklaim bahwa kematian Bunga bukan disebabkan oleh Makanan Bergizi Gratis (MBG), JPPI tetap meminta adanya investigasi yang menyeluruh, transparan, dan independen.

Menurut Koordinator Nasional JPPI, Ubaid Matraji, ada tiga alasan kuat yang membuat kasus kematian Bunga Rahmawati diduga terkait dengan MBG. Pertama, ada korelasi waktu antara kematian Bunga dan kasus keracunan MBG sebelumnya. Siswa yang meninggal merupakan bagian dari sekolah yang sebelumnya juga mengalami kasus keracunan massal akibat MBG pada 24 September 2025. Meskipun gejala kematian Bunga muncul beberapa hari kemudian, hal ini menciptakan dugaan kuat akan adanya hubungan.

Kedua, gejala klinis yang dialami Bunga sangat mirip dengan kasus keracunan MBG. Korban dilaporkan mengalami muntah, kejang, hingga mulut berbusa. Gejala-gejala tersebut merupakan ciri khas dari keracunan MBG yang sebelumnya menimpa ratusan siswa di wilayah Kabupaten Bandung Barat.

Ketiga, adanya kambuhnya korban keracunan MBG di lokasi yang sama. Beberapa hari setelah kasus keracunan massal pada 24 September 2025, puluhan siswa yang sebelumnya sembuh justru kembali mengalami gejala serupa antara 27 hingga 29 September 2025. Hal ini memperkuat indikasi bahwa sumber racun masih belum sepenuhnya diidentifikasi dan ditangani.

Dengan adanya dugaan-dugaan tersebut, JPPI menekankan pentingnya investigasi yang mendalam. Proses investigasi harus dilakukan secara objektif agar tidak terjadi pengaburan fakta. Publik berhak untuk mengetahui kebenaran dari kasus ini, terutama karena dampaknya bisa saja melibatkan keselamatan dan kesehatan para siswa di lingkungan pendidikan.

Selain itu, kejadian ini juga menjadi peringatan bagi pihak terkait untuk lebih waspada dalam memastikan kualitas dan keamanan makanan yang diberikan kepada siswa. Tidak hanya sekadar memenuhi standar, tetapi juga memastikan bahwa setiap proses distribusi dan penyajian makanan benar-benar aman.

Dalam konteks yang lebih luas, kasus ini juga mengangkat isu tentang tanggung jawab pemerintah daerah dan lembaga pendidikan dalam menjaga kesehatan siswa. Penyelidikan yang transparan dan independen menjadi langkah penting untuk membangun kepercayaan publik dan mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan.