Pasar Obligasi Dalam Negeri Naik Tahun 2025, Ini Proyeksi Masa Depan

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Pertumbuhan Pasar Obligasi Indonesia Terus Berlanjut

Pasar obligasi di Indonesia tercatat mengalami reli sepanjang tahun ini dan masih prospektif hingga akhir 2025. Hal ini menunjukkan bahwa pasar obligasi tetap menjadi pilihan utama bagi investor, baik dari kalangan domestik maupun asing.

Berdasarkan data yang dirilis oleh PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI), indeks komposit obligasi Indonesia (ICBI) pada tanggal 25 September 2025 berada di level 428,60. Dalam kurun waktu sepanjang tahun, indeks ini telah meningkat sebesar 9,15%, serta naik 0,70% sejak awal bulan September. Kepala Departemen Riset dan Informasi Pasar PHEI, Salvian Fernando, menyatakan bahwa tahun ini memang disebut sebagai "tahun obligasi" karena kinerja pasar yang stabil dan positif.

Selain itu, indeks acuan obligasi (INDOBeX) juga mencatat peningkatan yang signifikan. Total return obligasi pemerintah mencapai 9,90% secara year-to-date (ytd) dan naik 1,04% secara month-to-date (mtd) ke posisi 418,56. Sementara itu, total return obligasi korporasi berada di level 500,76, dengan kenaikan sebesar 9,90% ytd dan 1,04% mtd. Dengan demikian, obligasi korporasi memiliki return yang lebih tinggi dibandingkan obligasi pemerintah.

Salvian menambahkan bahwa jika dilihat per hari ini, kemungkinan besar return obligasi korporasi sudah melampaui 10% secara ytd. Hal ini menunjukkan bahwa obligasi korporasi semakin diminati oleh investor.

Pergerakan Yield Obligasi Pemerintah

Dalam hal yield (imbal hasil) obligasi pemerintah, Salvian mencermati adanya penurunan di seluruh tenor pada 25 September 2025. Untuk obligasi pemerintah tenor pendek (kurang dari 5 tahun), yield turun sebesar 180,58 basis poin (bps) ytd ke 5,143. Sementara itu, yield tenor medium (5–7 tahun) turun 119,77 bps ytd ke 5,82. Untuk tenor panjang (lebih dari 7 tahun), yield turun 33,64 bps ytd ke 6,76.

Penurunan yield pada tenor pendek terjadi lebih cepat dibandingkan tenor panjang. Menurut Salvian, hal ini mencerminkan optimisme pelaku pasar terhadap kondisi ekonomi jangka pendek.

Peran Perbankan dalam Pasar Obligasi

Perbankan menjadi penggerak terbesar dalam pembelian obligasi pemerintah. Sampai dengan 25 September 2025, kepemilikan perbankan di pasar obligasi naik menjadi 21,16%, dibandingkan dengan 17,93% pada awal tahun ini. Sementara itu, kepemilikan Bank Indonesia (BI) justru turun menjadi 24,19% dari 26,25% pada awal tahun.

Penurunan Kepemilikan Asing

Salvian juga mencatat bahwa komposisi kepemilikan asing di pasar obligasi pemerintah mengalami tren penurunan. Pada awal tahun, kepemilikan asing mencapai 14,5%, sedangkan pada 25 September, angka tersebut turun menjadi 14,2%. Penurunan ini sejalan dengan arus keluar modal asing sebesar Rp 41,46 triliun hingga tanggal tersebut.

Menurut Salvian, kondisi ini bisa mencerminkan bahwa obligasi pemerintah Indonesia kurang menarik bagi investor asing. Arus keluar besar-besaran terutama terjadi setelah pengumuman reshuffle kabinet, terutama pergantian Menteri Keuangan dari Sri Mulyani ke Purbaya Yudhi Sadewa.

Proyeksi untuk Kuartal IV-2025

Dalam proyeksi untuk kuartal IV-2025, skenario utama atau baseline memiliki probabilitas antara 60% hingga 70%. Dalam skenario ini, The Fed dan BI diperkirakan akan menurunkan suku bunga secara bertahap, sementara nilai tukar rupiah cenderung melemah.

Jika skenario ini terjadi, yield obligasi akan kembali turun, arus masuk asing meningkat, dan penerbitan obligasi korporasi juga akan bertambah. Hal ini menunjukkan bahwa pasar obligasi Indonesia masih memiliki potensi pertumbuhan yang cukup baik dalam beberapa bulan ke depan.