
Pergerakan Rupiah di Tengah Tekanan Eksternal dan Internal
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan bergerak dalam kisaran yang terbatas. Hal ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor baik dari dalam maupun luar negeri. Di tengah sentimen pelemahan dolar akibat kebijakan penutupan pemerintahan AS (shutdown) dan beberapa rilis data ekonomi domestik, rupiah masih menghadapi tekanan.
Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, Ariston Tjendra, menyatakan bahwa rupiah masih kesulitan untuk melepaskan tekanan dari dolar AS. Ia menilai rupiah saat ini bertahan di atas Rp 16.500 per dolar AS, yang menunjukkan bahwa nilai tukar tersebut belum bisa lepas dari tekanan dolar. Menurutnya, pelemahan rupiah juga disebabkan oleh turunnya imbal hasil obligasi pemerintah akibat kebijakan pelonggaran likuiditas. Tingkat imbal hasil aset rupiah yang rendah memicu arus keluar dari pasar, terutama dari investor asing, sehingga memperkuat tekanan terhadap rupiah.
Ariston memproyeksikan bahwa rupiah kemungkinan akan melemah menuju Rp 16.730 per dolar AS, dengan level support di Rp 16.600 per dolar AS. Meski begitu, ia melihat adanya potensi penguatan pada bulan Oktober. Faktor-faktor seperti keputusan pemangkasan suku bunga acuan AS dan kebijakan shutdown pemerintahan AS yang berkepanjangan dapat menjadi penentu penguatan rupiah pada periode tersebut.
Faktor Pemengaruhi Pergerakan Rupiah
Dari sisi lain, analis pasar uang Valbury Sekuritas, Fikri C. Permana, menilai bahwa pergerakan rupiah masih akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik domestik maupun eksternal. Ia menyoroti rilis PMI Manufacturing Indonesia yang tetap berada di level ekspansi, perkiraan rilis inflasi dan neraca perdagangan yang stabil, serta kekhawatiran terhadap government shutdown di AS sebagai faktor utama bagi pergerakan rupiah.
Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, menilai bahwa rupiah berpotensi menguat, meskipun penguatannya diperkirakan terbatas karena tekanan dari kebijakan shutdown. Investor cenderung bersikap wait and see, menantikan serentetan data ekonomi penting yang akan dirilis siang ini, termasuk data manufaktur, inflasi, dan perdagangan.
Perkembangan Terkini
Berdasarkan data Bloomberg, pagi ini pukul 09.12 WIB, rupiah dibuka melemah ke level Rp 16.680 per dolar AS. Posisi tersebut turun 15 poin atau 0,09% dibandingkan penutupan sebelumnya. Pergerakan ini mencerminkan tekanan yang masih terasa terhadap rupiah, meskipun ada harapan akan adanya perbaikan pada bulan Oktober.
Beberapa isu lain juga menjadi perhatian masyarakat, seperti adanya kasus zat radioaktif yang memicu kekhawatiran terhadap keamanan produk udang Indonesia. Selain itu, harga emas yang naik tidak diimbangi oleh kenaikan saham dari emiten-emiten seperti ARCI, ANTM, dan MDKA, yang justru mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan ketidakseimbangan dalam dinamika pasar.
Sementara itu, kualitas udara Jakarta kembali menjadi perhatian setelah tercatat sebagai yang terburuk kedua di pagi hari, meskipun telah diguyur hujan. Ini menunjukkan bahwa masalah polusi udara masih menjadi tantangan yang perlu diperhatikan secara serius.
Secara keseluruhan, situasi nilai tukar rupiah masih dinamis dan dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal dan internal. Investor dan masyarakat perlu terus memantau perkembangan ekonomi dan politik yang dapat memengaruhi pergerakan rupiah.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!