
ASEAN for the Peoples Conference (AFPC) Hadirkan Perspektif Masyarakat dalam Agenda Regional
Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) akan menyelenggarakan ASEAN for the Peoples Conference (AFPC) yang akan berlangsung di Hotel Sultan, Jakarta, pada 4-5 Oktober 2025. Acara ini bertujuan untuk mewujudkan visi bahwa agenda masyarakat menjadi prioritas utama di kawasan ASEAN. AFPC merupakan wadah dialog antar organisasi masyarakat sipil se-ASEAN yang membahas tantangan-tantangan mendesak seperti perubahan iklim, tata kelola pemerintahan yang baik, keamanan digital, migrasi, perdamaian, pendidikan, kesehatan, hingga kualitas hidup. Tema utama yang diusung dalam konferensi ini adalah “Hanessing Southest Asia’s Greatest Resource”.
Peran Masyarakat dalam Pembangunan ASEAN
Pendiri FPCI, Dino Patti Djalal, menyoroti bahwa selama beberapa dekade awal, ASEAN cenderung berkembang sebagai kelompok tingkat atas yang diisi oleh pemerintah dan pejabat, dengan sedikit partisipasi dari masyarakat umum. Ia menekankan bahwa pada tahun 2015, dalam Deklarasi Kuala Lumpur, ASEAN membuat keputusan strategis tentang arah kawasan dan dirinya sendiri.
Menurut Dino, di masa depan, ASEAN akan menjadi komunitas yang lebih berpusat pada masyarakatnya. Pandangan ini akan mengubah struktur dan arah ASEAN dalam dekade berikutnya. Ia menjelaskan bahwa cara pandang baru ini akan memberikan dampak signifikan terhadap perkembangan kawasan.
Tantangan dalam Membangun Hubungan Antar Masyarakat
Meski demikian, Dino mengakui bahwa membangun hubungan antar masyarakat tidak mudah. Ia memberikan contoh, seperti persebaran mahasiswa ASEAN di Indonesia masih terbatas, begitu pula sebaliknya. Di beberapa negara ASEAN, situasi serupa terjadi, kecuali Singapura. Misalnya, Malaysia memiliki banyak mahasiswa Indonesia, tetapi jumlah mahasiswa Filipina relatif sedikit.
Selain itu, Dino juga menyentuh isu perdagangan. Dari 38 provinsi di Indonesia, hanya kurang dari 12 provinsi yang berdagang secara signifikan dengan negara-negara ASEAN. Kondisi serupa juga terlihat pada organisasi masyarakat sipil yang tidak saling berkomunikasi di tingkat regional.
Ia menekankan bahwa hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Menurutnya, diperlukan upaya aktif dalam merancang, mempromosikan, mendorong, dan memberikan insentif agar hubungan antar masyarakat dapat terjalin lebih erat.
Latar Belakang Diselenggarakannya AFPC
Gambaran inilah yang menjadi latar belakang diselenggarakannya AFPC. Konferensi ini menjadi wadah pertemuan besar antar masyarakat se-ASEAN. Sampai saat ini, tercatat sekitar 5.000 peserta telah mendaftar, dengan target mencapai 8.000 peserta dalam konferensi ini.
Dino menjelaskan bahwa AFPC memiliki pendekatan yang berbeda dibandingkan pertemuan-pertemuan sebelumnya. Sebelumnya, pertemuan antar masyarakat fokus pada isu-isu spesifik seperti HAM dan pekerja migran. Pendekatan tersebut terkadang bersifat konfrontatif, sehingga menciptakan jurang pemisah dengan pemerintah. Hal ini semakin kompleks karena sistem politik negara-negara ASEAN sangat berbeda satu sama lain.
“Oleh karena itu, AFPC memiliki arti penting secara historis. Ini adalah pertama kalinya pertemuan tingkat tinggi antar masyarakat diselenggarakan dalam skala sebesar ini,” ujarnya.
Cakupan Pembahasan yang Luas
Dari segi pembahasan, AFPC mencakup berbagai isu yang relevan bagi masyarakat ASEAN. Beberapa topik yang akan dibahas antara lain pendidikan, kecerdasan buatan (AI), toleransi beragama, keberlanjutan, pekerjaan, seni dan budaya, kesehatan, serta kepemudaan. Dino menyebutkan bahwa ada sekitar 20 isu yang telah diidentifikasi sebagai hal yang penting bagi masyarakat ASEAN, termasuk isu-isu yang juga relevan bagi pemerintah.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!