
Strategi Baru Pemerintah untuk Mencapai Pertumbuhan Ekonomi Tinggi
Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, menyampaikan strategi baru yang akan menjadi andalan pemerintah dalam memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ia menegaskan bahwa konsep Sumitronomics akan menjadi motor penggerak utama agar negara ini mampu mencapai pertumbuhan sebesar 8 persen dalam jangka menengah.
Menurut Purbaya, target ambisius ini bukan tanpa dasar. Banyak negara yang kini berstatus maju juga pernah melewati fase serupa. Korea Selatan dan Singapura, misalnya, berhasil mencatat pertumbuhan rata-rata di atas 7,5 persen selama satu dekade sebelum resmi naik kelas. Bahkan, China pernah mencatat pertumbuhan di atas 10 persen pada periode 2003–2007 dan di tahun 2010.
“Negara-negara yang berhasil naik kelas seperti Korea Selatan dan Singapura tumbuh rata-rata di atas 7,5 persen dalam 10 tahun sebelum menjadi negara maju. Tiongkok sebagai ekonomi terbesar setelah AS juga dapat menjadi contoh,” ujarnya dalam Rapat Paripurna DPR RI, Selasa (23/9).
Meski target tersebut terlihat berat, Purbaya menilai bahwa angka tersebut tetap realistis. Sebelum krisis 1998, ekonomi Indonesia pernah mencatat pertumbuhan di atas 6 persen secara konsisten.
Tiga Pilar Utama Sumitronomics
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen, pemerintah mengandalkan tiga pilar utama Sumitronomics: pertumbuhan tinggi, pemerataan manfaat pembangunan, dan stabilitas nasional yang dinamis.
Purbaya menjelaskan, strategi pembangunan ekonomi Indonesia berbasis pada konsep Sumitronomics yang difokuskan pada tiga pilar utama. Pertama, pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Kedua, pemerataan manfaat pembangunan. Ketiga, stabilitas nasional yang dinamis.
Ia menambahkan, pilar-pilar tersebut hanya bisa berjalan bila mesin pertumbuhan—mulai dari kebijakan fiskal, sektor keuangan, hingga investasi—bergerak seirama.
“Dengan konsistensi menjaga keselarasan mesin-mesin pertumbuhan, diharapkan dapat memacu pertumbuhan menuju 8 persen dalam jangka menengah,” ujarnya.
Apa Itu Sumitronomics?
Istilah Sumitronomics kembali mencuat usai kemenangan Prabowo Subianto dalam Pilpres 2024. Nama ini merujuk pada gagasan ekonomi Prof. Sumitro Djojohadikusumo, ayah Prabowo, yang dikenal sebagai ekonom berpengaruh di Indonesia.
Konsep ini menekankan peran negara sebagai motor utama pembangunan, dengan fondasi nasionalisme ekonomi, dorongan industrialisasi, serta proteksi bagi kepentingan domestik. Dengan pendekatan ini, diharapkan ekonomi Indonesia dapat berkembang secara lebih mandiri dan berkelanjutan.
Faktor Pendukung Pertumbuhan Ekonomi
Selain tiga pilar utama, beberapa faktor pendukung juga diperlukan agar target pertumbuhan 8 persen dapat tercapai. Beberapa di antaranya adalah:
- Kebijakan fiskal yang konsisten, yang bertujuan untuk meningkatkan investasi dan pengeluaran pemerintah.
- Sektor keuangan yang stabil, termasuk sistem perbankan yang kuat dan aksesibilitas kredit yang baik.
- Investasi yang meningkat, baik dari dalam maupun luar negeri, yang akan memberikan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi.
Dengan kombinasi dari ketiga aspek tersebut, pemerintah berharap dapat menciptakan lingkungan ekonomi yang mendukung pertumbuhan tinggi dan berkelanjutan.
Tantangan dan Peluang
Meski ada banyak peluang, tantangan juga tidak bisa diabaikan. Perubahan iklim, fluktuasi harga komoditas global, serta ancaman dari sisi politik dan sosial bisa saja mengganggu rencana pemerintah. Namun, dengan strategi yang tepat dan komitmen yang kuat, Indonesia memiliki potensi besar untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang signifikan.
Dengan konsep Sumitronomics sebagai panduan, pemerintah berkomitmen untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju yang berkelanjutan dan adil.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!