
Tanggapan COO Danantara terhadap Kritik DPR
Direktur Operasional (COO) Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara), Dony Oskaria memberikan respons terkait kritik yang disampaikan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) terhadap rencana merger antara Garuda Indonesia dan Pelita Air. Ia menegaskan bahwa pernyataan tersebut bukanlah penolakan, melainkan sebuah peringatan dari DPR. Dony menyampaikan bahwa ia menghargai respons yang diberikan oleh Komisi VI DPR RI.
“Mereka menyayangi maskapai kita dan tidak ingin nanti (merger) justru akan membuat Pelita Air menjadi jelek (pelayanannya). Ini sebuah peringatan bagi kami,” ujarnya saat diwawancarai di Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Senin (29/9). Dony menjelaskan bahwa peringatan ini akan menjadi catatan penting bagi Danantara. “Justru kami harapkan menjadi lebih bagus (rencana merger ini),” tambahnya.
Sebelumnya, Anggota Komisi VI DPR Mufti Anam menyatakan bahwa dirinya sudah tidak lagi percaya kepada Garuda Indonesia. Ia membandingkan pengalamannya dengan Pelita Air yang dinilai lebih baik dalam hal ketepatan waktu, kualitas pelayanan, hingga makanan. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa DPR memberikan kritik terhadap rencana merger tersebut.
Penyerahan Rencana Merger ke Danantara
PT Garuda Indonesia menyerahkan rencana merger atau penggabungan dengan anak usaha Pertamina, Pelita Air kepada pemegang saham, yaitu Danantara. Direktur Niaga Garuda Indonesia Reza Aulia Hakim menyatakan bahwa perusahaan akan mengikuti arahan strategis dari Danantara terkait langkah tersebut.
“Jadi pada prinsipnya kami Garuda Indonesia menyerahkan sepenuhnya wewenang penggabungan dengan Pelita Air ini kepada pemegang saham,” kata Reza.
Pertamina sebelumnya telah menyatakan akan melepas atau menggabungkan lini usaha di luar bisnis inti migas dan energi terbarukan. Salah satu langkah yang dilakukan adalah melalui penggabungan Pelita Air dengan Garuda Indonesia, sesuai roadmap yang dikendalikan oleh Danantara.
Reza menambahkan bahwa Garuda kini ingin fokus menjalankan transformasi komprehensif, termasuk mengoptimalkan dukungan dari holder loan yang diberikan oleh Danantara. Proses ini diharapkan dapat memperkuat posisi Garuda Indonesia sebagai maskapai nasional yang mampu bersaing secara global.
Tantangan dan Harapan Pasca-Merger
Rencana merger antara Garuda Indonesia dan Pelita Air menimbulkan berbagai tanggapan dari berbagai pihak. Di satu sisi, ada harapan bahwa penggabungan ini akan membawa manfaat besar, seperti peningkatan kapasitas layanan, efisiensi operasional, serta pengembangan jaringan penerbangan yang lebih luas. Di sisi lain, ada kekhawatiran bahwa proses integrasi bisa mengganggu kualitas layanan yang selama ini diberikan oleh kedua maskapai.
Tantangan utama yang dihadapi adalah memastikan bahwa setiap aspek dari merger, mulai dari pengelolaan sumber daya manusia, sistem teknologi, hingga standar pelayanan, dapat diintegrasikan dengan baik. Hal ini sangat penting agar tidak terjadi penurunan kualitas layanan yang akan merugikan pelanggan.
Selain itu, masalah regulasi dan persyaratan hukum juga menjadi perhatian serius. Pastikan bahwa semua prosedur yang dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku dan tidak menimbulkan masalah hukum di kemudian hari.
Dengan adanya peringatan dari DPR, Danantara dan Garuda Indonesia diharapkan mampu menjawab berbagai tantangan ini dengan strategi yang tepat dan transparan. Dengan demikian, merger ini dapat menjadi langkah penting dalam memperkuat posisi industri penerbangan nasional.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!