
Penguatan Harga Minyak dan Gas Alam Berdampak Positif pada Emitter Migas
Peningkatan harga minyak mentah dan gas alam belakangan ini memberikan angin segar bagi sejumlah perusahaan produsen migas. Meski terjadi penurunan harian, dalam jangka mingguan dan bulanan, harga komoditas energi ini menunjukkan tren kenaikan yang signifikan.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mengalami penurunan sebesar 0,96% menjadi US$ 65,08 per barel pada Senin (29/9/2025) pukul 18.55 WIB. Namun, dalam sepekan terakhir, harga WTI naik sebesar 4,38%, sementara dalam sebulan terakhir meningkat 1,56%. Sementara itu, harga minyak Brent turun 1,63% ke level US$ 68,99 per barel, tetapi naik 4,21% dalam sepekan dan 3,03% dalam sebulan terakhir.
Harga gas alam juga mengalami penurunan harian sebesar 1,98% menjadi US$ 3,14 per MMBTU. Namun, dalam sepekan terakhir, harga gas alam melonjak 13,39% dan 6,16% dalam sebulan terakhir.
Dampak Positif pada Kinerja Emitter Migas
Menurut Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst dari Mirae Asset Sekuritas, kinerja emiten produsen hulu migas sangat bergantung pada dinamika harga komoditas energi seperti minyak mentah dan gas alam. Lonjakan harga kedua komoditas ini berdampak positif pada prospek kinerja fundamental emiten migas dalam jangka pendek.
"Kenaikan harga minyak dan gas akan berpengaruh positif pada aktivitas produksi," ujar Nafan.
Ekky Topan, Investment Analyst dari Infovesta Utama, menilai bahwa kenaikan harga komoditas energi akan langsung berdampak pada peningkatan pendapatan seiring adanya tambahan volume produksi maupun margin yang lebih lebar. Terlebih lagi, sebagian besar emiten migas menerapkan kontrak dengan skema cost recovery atau bagi hasil, sehingga emiten tersebut sangat sensitif terhadap harga jual.
"Potensi peningkatan aktivitas produksi juga terbuka, karena pada harga yang lebih tinggi, proyek-proyek marginal atau cadangan yang sebelumnya tidak ekonomis bisa mulai diaktifkan," kata Ekky.
Momentum Kenaikan Harga untuk Ekspansi Perusahaan
Momentum kenaikan harga minyak mentah dan gas alam juga dapat mendorong emiten untuk kembali berekspansi. Upaya seperti akuisisi kepemilikan blok-blok migas baru menjadi lebih masuk akal, terutama jika cadangan eksisting mulai menurun.
Contohnya adalah PT Medco Energy Tbk (MEDC) yang mengakuisisi 45% hak partisipasi dan operator di Blok Sakakemang dan South Sakakemang pada September 2025 dengan nilai total sekitar Rp 1,47 triliun atau sekitar US$ 90 juta. Selain itu, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) sukses dengan eksplorasi lanjutannya di Blok Kampar.
"Kinerja keuangan emiten bisa terdorong dari kenaikan volume dan monetisasi cadangan baru, terlebih jika infrastruktur sudah tersedia atau bisa dioptimalkan dari akuisisi sebelumnya," imbuh Ekky.
Risiko dan Tantangan yang Harus Diperhatikan
Meski ada potensi positif, baik Ekky maupun Nafan sepakat bahwa harga minyak mentah maupun gas alam dunia masih rawan berbalik arah atau bergerak volatil. Pergerakan komoditas energi ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan geopolitik, cuaca di area produksi, serta perubahan suplai dan permintaan global, termasuk dari negara-negara anggota OPEC+.
Tantangan lain yang perlu diwaspadai oleh emiten migas adalah biaya operasional dan logistik yang tinggi, perubahan regulasi, serta kebutuhan investasi yang besar untuk eksplorasi dan produksi.
Rekomendasi Saham untuk Investor
Ekky merekomendasikan beberapa saham untuk investor yang tertarik membeli sektor migas. PT Medco Energy Tbk (MEDC) dipandang sebagai salah satu emiten dengan aset yang paling terdiversifikasi dan eksposur gas yang besar. Target harga saham MEDC dalam jangka menengah berada di kisaran Rp 1.500–1.600 per saham.
Saham RAJA memiliki momentum teknikal yang cukup kuat dengan fokus pada distribusi gas dan infrastruktur LNG. Harga saham RAJA ditargetkan bisa mencapai level Rp 4.000 per saham dalam jangka menengah.
Adapun saham RATU diproyeksikan mencapai level Rp 9.300 per saham dalam jangka panjang. RATU termasuk saham berkapitalisasi kecil dengan eksposur terbatas, sehingga cocok untuk trader spekulatif.
Di sisi lain, Nafan merekomendasikan akumulasi beli saham RAJA khususnya dengan entry area di kisaran Rp 2.750–2.850 per saham. Saham RAJA ditargetkan menembus level Rp 2.910–3.730 per saham.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!