
Jembatan Timbang dan Masalah Pungli yang Menghambat Logistik
Jembatan timbang saat ini menjadi sorotan utama karena dianggap sebagai tempat yang sering terjadi pungutan liar (pungli) terhadap pengemudi truk. Hal ini memicu kenaikan biaya logistik yang sangat signifikan. Menteri Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menyampaikan bahwa pungli tersebut menjadi salah satu penyebab meningkatnya biaya operasional logistik.
Menurut AHY, satu truk bisa mengeluarkan dana hingga Rp100 juta hingga Rp150 juta setiap tahun hanya untuk pungli. Ia menegaskan bahwa jika biaya perjalanan dapat efisien tanpa adanya pungli, maka tidak perlu lagi mengoperasikan kendaraan over dimension over load (ODOL). Dengan sistem yang lebih adil dan efisien, pelaku usaha tidak memiliki alasan untuk melanggar aturan.
AHY juga meminta seluruh kementerian/lembaga terkait serta aparat penegak hukum untuk memperkuat pengawasan dan penegakkan hukum terhadap praktik pungli.
Pemerintah Pertimbangkan Tutup Jembatan Timbang
Pernyataan AHY membuat Menteri Perhubungan (Menhub), Dudy Purwagandhi, mempertimbangkan penutupan jembatan timbang. Selain menjadi sarang pungli, Dudy menilai jembatan timbang tidak lagi efektif dalam menjaring truk-truk ODOL. Ia menyatakan bahwa jembatan timbang kebanyakan berada di jalan arteri, sementara truk lebih memilih melintasi jalan tol.
“Jika kami dari Kementerian Perhubungan, saya sampaikan ke Pak Dirjen Darat, yang paling ekstrem apabila memang pungli itu dari kami memang ada, dan kita tidak menutup mata terhadap itu, ya jembatan timbang kita tutup,” ujar Dudy.
Selain itu, Dudy mengungkapkan bahwa jembatan timbang tidak bisa dioperasikan 24 jam. Hal ini memungkinkan truk ODOL melewati jembatan timbang saat petugas sedang istirahat.
Efektivitas Jembatan Timbang Menurun
Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Aan Suhanan, menyatakan bahwa efektivitas jembatan timbang dalam menangani kendaraan ODOL hanya sebesar 0,3 persen. Data ini didapatkan setelah sosialisasi terhadap kendaraan-kendaraan ODOL selama tiga bulan terakhir. Sebelumnya, efektivitas jembatan timbang mencapai hampir 5 persen, tetapi kini menurun drastis.
Aan mengatakan bahwa data ini menunjukkan bahwa jembatan timbang tidak lagi efektif dalam menangani masalah ODOL. Oleh karena itu, pihaknya akan melakukan beberapa strategi untuk meminimalisir pungli.
Strategi Kemenhub untuk Menangkal Pungli
Salah satu strategi yang dilakukan oleh Kemenhub adalah menyiapkan standar prosedur di jembatan timbang agar mudah dalam pengawasan truk-truk ODOL. Aan menyatakan bahwa pihaknya masih menemukan oknum yang melakukan kegiatan ilegal di jembatan timbang.
Selain itu, Kemenhub juga akan melakukan modernisasi alat penimbangan untuk mendorong sistem penindakan secara elektronik. Teknologi Weigh in Motion (WIM) digunakan untuk menimbang kendaraan tanpa harus berhenti, sehingga mengurangi interaksi antara pengemudi dan petugas.
Kemenhub juga akan menyusun nota kesepahaman dengan Kejaksaan Agung agar hasil pendataan dari jembatan timbang secara elektronik bisa diakui sebagai dasar penindakan hukum.
Kritik terhadap Penghapusan Jembatan Timbang
Peneliti Senior Inisiatif Strategis Transportasi (INSTRAN), Felix Iryantomo, memberikan respons terhadap rencana penutupan jembatan timbang. Felix menilai bahwa jika alasan penutupan adalah pungli, maka Menhub perlu membuktikan apakah selama ini sudah ada petugas jembatan timbang yang ditangkap dan dijatuhi sanksi.
Felix juga mengkritik upaya Dudy mengganti jembatan timbang menjadi WIM. Ia menyoroti bahwa jembatan timbang memiliki fungsi penting selain mengetahui pelanggaran ODOL, yaitu sebagai lokasi pendataan asal dan tujuan barang yang diangkut oleh truk.
Ia menyarankan Menhub untuk melakukan perjalanan keliling Indonesia menggunakan moda jalan darat agar lebih memahami kondisi angkutan jalan yang menjadi urat nadi logistik dan perekonomian Indonesia.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!