Penguatan IHSG yang Masih Rentan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus menunjukkan peningkatan signifikan sepanjang tahun 2025. Berdasarkan data, IHSG telah naik sebesar 12,41% secara year to date (YtD). Tren penguatan ini memicu sejumlah lembaga sekuritas untuk merevisi target IHSG menjadi 8.600 hingga akhir tahun 2025.
Menurut ekonom dari Panin Sekuritas, Felix Darmawan, IHSG saat ini berada dalam tren bullish. Namun, ia menilai reli tersebut masih cukup rapuh karena investor asing masih gencar menjual saham dalam jumlah besar. Hingga saat ini, investor asing tercatat sebagai net sell alias jual bersih sebesar Rp 54,77 triliun YtD di seluruh pasar. “Artinya, penguatan ini banyak ditopang oleh investor domestik,” ujarnya.
Meski demikian, Felix mengatakan bahwa ruang penguatan IHSG hingga akhir tahun masih terbuka. Namun, jalannya tidak akan semulus pada awal kuartal ketiga tahun ini karena fundamental ekonomi yang masih rapuh. Secara teknikal dan sentimen domestik, peluang IHSG untuk mencapai target 8.600 masih terbuka. Namun, realisasinya akan sangat bergantung pada arah arus dana masuk dari investor asing.
“Selama investor asing masih menjual, reli IHSG cenderung tersendat walaupun fundamental ekonomi domestik cukup solid,” tambahnya.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gerak IHSG
Ke depan, sentimen yang akan mengiringi gerak IHSG akan ditentukan oleh arah kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia dan The Federal Reserve. Arah kebijakan moneter tersebut akan memengaruhi imbal hasil investasi masing-masing negara. Jika selisih yield antara kedua negara terlalu kecil, investor asing cenderung lebih melirik pasar AS, sehingga risiko capital outflow dari pasar modal domestik meningkat.
Selain itu, sentimen global seperti arah nilai tukar rupiah, kekuatan dolar AS, yield obligasi pemerintah AS, serta kondisi geopolitik juga bisa memengaruhi pergerakan IHSG.
Realisasi stimulus fiskal yang sudah diinjeksi pemerintah, seperti penempatan dana Rp 200 triliun di bank-bank pelat merah dan belanja APBN akhir tahun, akan menjadi katalis bagi IHSG hingga akhir tahun. Selain itu, hasil kinerja emiten di kuartal III dan IV akan menjadi penentu arah IHSG ke depan, khususnya di sektor perbankan, komoditas, dan konsumer.
Strategi Investasi yang Tepat
Di tengah berbagai sentimen tersebut, Felix menyarankan investor agar lebih selektif dalam berinvestasi. Saat tren net sell dari investor asing masih besar, menurutnya lebih aman jika investor fokus pada saham berfundamental kokoh dan mendapat dukungan sentimen domestik.
Felix menyebut sektor perbankan dengan kapitalisasi pasar besar sebagai salah satu pilihan. Menurutnya, pergerakan harga saham bank cenderung sejalan dengan aliran dana asing. Selain itu, sektor consumer staples dan retail juga bisa diuntungkan oleh sentimen belanja akhir tahun dan potensi daya beli masyarakat Indonesia yang stabil.
Pun, sektor energi terbarukan dan komoditas seperti nikel dan emas bisa dijadikan pilihan sebagai lindung nilai (hedge) di tengah ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global saat ini.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!