
Kolaborasi Danantara dan PLN dalam Proyek Pengolahan Sampah Menjadi Energi
Proyek pengolahan sampah menjadi energi listrik atau waste to energy (WTE) kini menjadi fokus utama dalam upaya mengatasi masalah sampah di Indonesia. PT Danantara Investment Management bekerja sama dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk mewujudkan proyek ini. Dalam kerja sama tersebut, PLN akan menjadi pembeli utama energi listrik yang dihasilkan dari teknologi berbasis insinerator.
Menurut Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung, proyek ini dinilai efektif dalam menangani darurat sampah yang sedang terjadi di Indonesia sekaligus menyediakan sumber energi terbarukan. Sampah rumah tangga akan dikumpulkan oleh pemerintah daerah dan dibawa ke tempat pembuangan akhir khusus. Setelah itu, fasilitas insinerator akan membakar sampah dengan kapasitas minimal 1.000 ton per hari. Proses pembakaran ini menghasilkan energi panas yang kemudian dikonversi menjadi tenaga listrik.
Tenaga listrik yang dihasilkan akan dibeli oleh PLN, yang merupakan bagian dari holding Danantara, untuk disalurkan ke rumah-rumah masyarakat. Teknologi ini telah digunakan oleh beberapa negara tetangga seperti Singapura, yang memiliki lima insinerator. Yuliot menjelaskan bahwa 1.000 ton sampah dapat menghasilkan listrik sekitar 20 megawatt (MW), cukup untuk memenuhi kebutuhan lebih dari 20 ribu rumah tangga. Jika kapasitas pengolahan sampah meningkat, listrik yang dihasilkan bisa mencapai 30 MW atau lebih, tergantung pada teknologi yang digunakan.
Selain itu, proyek ini juga memberikan manfaat tambahan bagi pemerintah daerah. Biaya tipping fee yang biasanya dikeluarkan untuk pengelola TPA tidak lagi menjadi beban. Seluruh pembiayaan proyek ditanggung oleh Danantara bersama PLN sebagai pembeli listrik hasil PSEL. Hal ini memungkinkan APBD daerah untuk dialokasikan ke sektor lain, sementara masalah sampah tetap teratasi.
Proyek ini juga diproyeksikan mampu mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 80% dan mengurangi kebutuhan lahan TPA hingga 90%. Managing Director Investment Danantara, Stefanus Ade Hadiwidjaja, menjelaskan bahwa proyek WTE ini merupakan kolaborasi antara Danantara, pemerintah daerah, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), serta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Sampah akan diolah menjadi energi terbarukan berupa listrik yang akan dibeli oleh PLN.
Salah satu peran Danantara adalah memilih mitra dan teknologi yang tepat, lalu berinvestasi bersama-sama membangun PSEL ini. Dalam beberapa bulan terakhir, pihaknya telah melakukan persiapan, termasuk benchmarking terhadap teknologi di berbagai negara.
Danantara telah mengidentifikasi 33 titik di berbagai wilayah di Indonesia yang akan digunakan sebagai lokasi pembangunan PSEL. Investasi untuk setiap titik lokasi mencapai Rp 2–3 triliun, termasuk infrastruktur pendukung. Pembiayaan proyek ini tidak hanya berasal dari Danantara saja. Holding perusahaan milik negara ini akan menggelar tender secara terbuka, baik dari swasta, pihak asing, pemerintah maupun BUMD untuk memilih mitra.
Pemilihan mitra akan dilakukan setelah lokasi pembangunan PSEL rampung dan siap dijalankan. Tujuan utama proyek ini bukan sekadar mencari untung, tetapi lebih pada melakukan pembersihan lingkungan dan mengurangi masalah darurat sampah. Dengan demikian, proyek ini diharapkan menjadi solusi berkelanjutan untuk isu lingkungan dan energi di Indonesia.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!