Rasio Pinjaman Tidak Cair di Bank Swasta dan Asing, Ini Penjelasan OCBC hingga BBCA

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Rasio Kredit yang Belum Cair Masih Tinggi di Kalangan Bank Asing

Di tengah dinamika ekonomi yang terus berkembang, rasio kredit yang belum cair atau undisbursed loan menjadi topik yang menarik perhatian. Berdasarkan data dari Bank Indonesia (BI), angka ini masih cukup tinggi, terutama pada kelompok bank asing dan bank swasta nasional. Angka tersebut mencerminkan porsi kredit yang telah disetujui oleh bank tetapi belum digunakan oleh debitur.

Dalam laporan BI terbaru, nilai undisbursed loan pada Agustus 2025 mencapai sekitar Rp2.372,11 triliun atau sekitar 22,71% dari total plafon kredit yang tersedia. Dari angka ini, rasio tertinggi ditemukan pada bank asing dengan angka mencapai 61,17%, sedangkan untuk bank umum swasta nasional mencapai 30,92%.

Beberapa bank besar di Indonesia seperti PT Bank OCBC NISP Tbk. (NISP), Citibank, N.A., Indonesia (Citi Indonesia), dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) memberikan respons terkait hal ini. Mereka menyatakan bahwa pengelolaan kredit yang baik serta prinsip kehati-hatian tetap menjadi prioritas utama dalam menjalankan bisnis.

Pengelolaan Kredit yang Prudent

Direktur OCBC Hartati mengungkapkan bahwa pihaknya selalu melakukan pengelolaan kredit secara prudent. Hingga 30 Juni 2025, nilai undisbursed loan di OCBC mencapai sekitar Rp83 triliun, atau sekitar sepertiga dari total plafon kredit. Hal ini menunjukkan bahwa bank tetap memastikan kualitas kredit yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan debitur.

CEO Citi Indonesia Batara Sianturi juga menegaskan bahwa pihaknya terus berupaya menjaga pertumbuhan kredit sesuai rencana bisnis. Selain itu, Citi Indonesia fokus pada kebutuhan klien terhadap layanan keuangan yang semakin berkembang. Mereka juga memperhatikan pertumbuhan kredit industri perbankan secara keseluruhan.

Penyaluran Kredit yang Menjaga Keseimbangan

EVP Corporate and Social Responsibility BCA Hera F Haryn menyampaikan bahwa pertumbuhan kredit biasanya sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2025, BCA mencatat pertumbuhan kredit sebesar 12,9% secara tahunan (YoY), mencapai Rp959 triliun. Angka ini di atas rata-rata industri, yang menunjukkan kinerja yang stabil.

Hera juga menekankan bahwa BCA terus mendorong penyaluran kredit ke berbagai segmen dan sektor, sambil tetap mempertimbangkan prinsip kehati-hatian. Pihaknya mengelola undisbursed loan secara pruden agar tidak mengganggu efektivitas intermediasi perbankan.

Perkembangan di Bank KEB Hana Indonesia

Sementara itu, PT Bank KEB Hana Indonesia (Bank Hana) menunjukkan tren yang berbeda. Pemanfaatan fasilitas pinjaman di segmen ritel maupun kerja sama channeling relatif tinggi. Misalnya, pada produk kredit tanpa agunan (KTA), nasabah biasanya langsung menggunakan seluruh plafon yang diberikan.

Pada skema channeling dengan perusahaan P2P, utilisasi sudah mencapai 80%—90%, bahkan sering ada permintaan penambahan limit. Namun, pihak Bank Hana tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dengan meninjau kualitas pertumbuhan sebelum menyetujui kenaikan plafon.

Data Terkini dan Proyeksi Masa Depan

Merujuk laporan keuangan bulanan, fasilitas kredit/pembiayaan kepada nasabah yang belum ditarik mencapai Rp6,72 triliun per Agustus 2025. Angka ini turun 14,46% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp7,23 triliun. Perinciannya, fasilitas committed sebesar Rp717,72 miliar dan uncommitted sebesar Rp6,00 triliun.

Dengan kondisi ini, para bank terus berupaya meningkatkan efektivitas penyaluran kredit sambil tetap menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan risiko. Ini menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh seluruh pelaku industri perbankan di Indonesia.