BPDLH Mulai Program Hibah Pendanaan Hijau ASEAN

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Inisiatif Program Seed Grant-Smart Green ASEAN Cities (SGAC) untuk Kota Hijau

Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH) meluncurkan inisiatif baru yang diberi nama Program Seed Grant-Smart Green ASEAN Cities (SGAC). Tujuan utama dari program ini adalah memperkuat pembiayaan hijau dan mendorong pengembangan ekonomi sirkular. Program ini diharapkan menjadi langkah strategis dalam mempercepat transformasi kota-kota di Indonesia menuju pembangunan yang lebih berkelanjutan.

Wakil Menteri Lingkungan Hidup, Diaz Hendropriyono, menekankan bahwa kolaborasi antar berbagai pihak merupakan kunci dalam menciptakan kota yang hijau dan tangguh terhadap perubahan iklim. Menurutnya, SGAC tidak hanya fokus pada pengurangan emisi dari sektor limbah, tetapi juga menghadirkan mekanisme pembiayaan inovatif yang dapat mendukung pelaku ekonomi sirkular di tingkat masyarakat.

Diaz menjelaskan bahwa dukungan dari mitra nasional maupun internasional akan sangat penting dalam mempercepat pencapaian kota hijau yang tangguh terhadap perubahan iklim. "Program ini bertujuan untuk memperkuat sistem pembiayaan hijau yang aman dan berkelanjutan," ujarnya.

Fokus pada Pengelolaan Sampah Berkelanjutan

Salah satu fokus utama dari SGAC adalah pengelolaan sampah yang berkelanjutan, khususnya dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Sampah sisa makanan, yang menghasilkan metana, memiliki daya pemanasan 25 kali lebih kuat daripada karbon dioksida. Dengan demikian, pengelolaan sampah organik menjadi peluang ekonomi yang bisa dimanfaatkan melalui konsep ekonomi sirkular.

Program ini dirancang untuk memberdayakan komunitas lokal, koperasi, serta usaha mikro kecil menengah (UMKM) agar dapat menghasilkan nilai tambah dan manfaat sosial. Peluncuran SGAC didukung oleh United Nations Capital Development Fund (UNCDF) dan United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia, serta dihadiri oleh perwakilan pemerintah daerah, lembaga keuangan, dan mitra pembangunan internasional.

Tantangan Besar yang Diatasi

Diaz menyatakan bahwa penguatan pembiayaan hijau menjadi solusi penting dalam menghadapi dua tantangan besar yang dihadapi Indonesia: krisis sampah dan kesenjangan pendanaan iklim. Saat ini, hanya sekitar 39% sampah yang terkelola, dengan hanya 9-10% yang dikelola secara efektif. Sementara itu, kebutuhan pendanaan iklim mencapai Rp 470 triliun per tahun, sedangkan anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hanya mampu menyediakan Rp 76 triliun.

Kesenjangan pendanaan ini harus ditutup melalui inovasi, kolaborasi, dan penggunaan instrumen finansial yang tepat. Oleh karena itu, SGAC hadir sebagai jawaban atas tantangan tersebut dengan memperkuat mekanisme pembiayaan hijau.

Proyek Percontohan di Kabupaten Banyumas

Kabupaten Banyumas terpilih sebagai proyek percontohan pertama implementasi SGAC. Dengan program ini, Banyumas akan menerima bantuan peralatan teknis dan modal kerja untuk memperkuat sistem pengelolaan sampah terpadu. Termasuk dalam bantuan tersebut adalah pembangunan fasilitas pengolahan sampah Refuse-Derived Fuel (RDF) dan Black Soldier Fly (BSF).

Diaz menekankan bahwa keberhasilan program ini tidak hanya bergantung pada bantuan dana, tetapi juga pada komitmen pemerintah daerah dan partisipasi aktif masyarakat. Ia optimis bahwa Banyumas memiliki potensi besar untuk menjadi model yang dapat direplikasi oleh daerah lain. Dengan adanya SGAC, diharapkan kota-kota di Indonesia dapat berkembang menjadi lebih hijau, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.