
Mengoptimalkan Limbah Talas Pratama Menjadi Pelet Ikan yang Bernilai Ekonomis
Di Desa Gunajaya, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Tasikmalaya, para petani di Kelompok Tani (Poktan) Kertaraharja III kini sedang menghadapi tantangan baru dalam pengelolaan hasil pertanian mereka. Selama ini, talas pratama hanya dimanfaatkan untuk umbinya yang menjadi komoditas utama. Namun, saat ini, fokus mulai bergeser ke bagian batang dan daun talas yang selama ini dianggap sebagai limbah.
Sejak diperkenalkan pada tahun 2022, sebagian besar petani hanya memanfaatkan umbi talas secara komersial. Rata-rata, satu tanaman mampu menghasilkan antara 5-6 kg umbi dalam waktu 8 bulan. Sayangnya, bagian batang dan daun yang berukuran besar sering kali tidak dimanfaatkan secara optimal. Hanya sebagian kecil dari limbah tersebut digunakan sebagai bahan baku sayur lompong atau pakan ikan.
Padahal, satu hektar kebun talas bisa menghasilkan sekitar 2 ton per panen. Dari sini, tim pengabdian pada masyarakat (PpM) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi (Unsil) melihat potensi besar yang bisa dimanfaatkan. Mereka pun menginisiasi program pengolahan limbah talas menjadi pelet ikan yang memiliki nilai ekonomis lebih tinggi.
Pelatihan dan Pendampingan untuk Petani
Program ini diawali dengan penyuluhan, pendampingan, dan pelatihan pembuatan pelet ikan dari limbah talas. Sebanyak 30 orang petani dan penggiat agribisnis di Kelompok Tani Kertaraharja III mengikuti kegiatan ini. Tujuannya adalah memberikan pengetahuan tentang cara mengolah limbah talas menjadi produk bernilai tambah.
Ketua Tim PpM Fakultas Pertanian Unsil, Dr. H. D. Yadi Heryadi, M.Sc, yang telah melakukan penelitian terkait talas pratama selama tiga tahun terakhir, menjelaskan bahwa limbah talas memiliki potensi ekonomis yang belum sepenuhnya dimanfaatkan. "Kami melihat bahwa limbah talas bisa menjadi ceruk usaha baru yang memberikan nilai tambah bagi petani," ujarnya.
Selain Yadi, tim PpM juga didukung oleh dosen-dosen lain seperti Suci Apsari Pebrianti, Hj. Betty Rofatin, Hj. Tenten Tedjaningsih, Leni Yuliyani, Intan Nurcahya, serta dua mahasiswa Fakultas Pertanian, Agis Hidayat Darusman dan Nazwa Salsa Nabila. Mereka bekerja sama dalam program yang didanai oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Siliwangi melalui skema Program Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Berbasis Masyarakat (PPIBM) tahun 2025.
Bantuan Alat dan Pelatihan Produk
Kelompok tani ini mendapatkan bantuan berupa alat produksi pengolahan pelet ikan. Selain itu, para petani juga dilibatkan dalam pelatihan pembuatan label atau merek, pengemasan, dan strategi pemasaran produk secara online. Kegiatan ini dimulai pada bulan Juni dan akan berlangsung hingga Desember 2025.
Yadi berharap, melalui program ini, nilai tambah ekonomis produk pertanian dapat meningkat, sehingga pendapatan masyarakat juga meningkat. "Saya yakin, dengan berkembangnya usaha perikanan, permintaan akan pakan berkualitas akan tetap ada," katanya.
Selain manfaat ekonomis, pemanfaatan limbah pertanian juga berkontribusi dalam mengurangi pencemaran lingkungan. Hal ini membuka peluang tambahan pendapatan bagi petani dan masyarakat setempat.
Tanggapan dari Petani dan Kepala Desa
Ketua Poktan Kertaraharja III, Budiman, SKM, menyambut baik inisiatif ini. Ia merasa senang karena kelompoknya kini memiliki pengetahuan baru untuk mengubah limbah talas menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis tinggi. "Ini sangat membantu perkembangan usaha Poktan kami," kata Budiman.
Kepala Desa Gunajaya, Eli Surachman, SP, menilai inovasi yang diinisiasi dosen Fakultas Pertanian sebagai alternatif untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. "Semoga inovasi, kreativitas, dan komitmen Unsil bisa dilakukan secara berkelanjutan hingga selalu memberi dampak positif bagi masyarakat luas," ujarnya.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!