Bunga Turun, Utang Baru Muncul: Perusahaan Aktif Terbitkan Surat Utang

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Pasar Surat Utang Korporasi Kembali Ramai

Dalam beberapa bulan terakhir, pasar surat utang korporasi mengalami peningkatan yang signifikan. Banyak perusahaan memanfaatkan momentum tren penurunan suku bunga acuan untuk melakukan penerbitan surat utang. Hal ini memberikan kesempatan bagi emiten untuk mendapatkan dana dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan sebelumnya.

Salah satu contohnya adalah PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP). Perusahaan kertas ini merencanakan penerbitan tiga instrumen surat utang dengan total target dana mencapai Rp 5,26 triliun. Berikut rinciannya:

  • Obligasi Berkelanjutan V Tahap V Tahun 2025 senilai Rp 3,94 triliun.
  • Sukuk Mudharabah Berkelanjutan IV Tahap V Tahun 2025 senilai Rp 1,10 triliun.
  • Obligasi USD Berkelanjutan II Tahap IV Tahun 2025 dengan jumlah pokok US$ 12,51 juta.

Dana dari penerbitan obligasi rupiah sekitar Rp 1,57 triliun akan digunakan untuk membayar sebagian utang rupiah, baik angsuran pokok maupun bunga bank, sedangkan sisanya dialokasikan untuk modal kerja. Skema penggunaan dana sukuk pun serupa. Sementara itu, untuk obligasi USD, sekitar US$ 7,51 juta akan dipakai melunasi sebagian kewajiban dalam dolar AS, sementara sisanya juga diarahkan untuk kebutuhan modal kerja.

Tidak hanya INKP, sejumlah emiten lain juga ikut meramaikan pasar obligasi. Berikut beberapa contohnya:

  • PT Sumber Global Energy Tbk (SGER) meneruskan program PUB Obligasi Berkelanjutan I dengan menerbitkan Obligasi Tahap II Tahun 2025 senilai maksimal Rp 500 miliar. Dana ini digunakan untuk modal kerja, termasuk pembelian batu bara, pembayaran pemasok, distribusi, gaji, hingga pajak.
  • PT Bank Jatim Tbk (BJTM) menyiapkan Obligasi Berkelanjutan I Tahap I Tahun 2025 dengan nilai maksimal Rp 2 triliun untuk memperkuat pendanaan dan mendukung ekspansi bisnis.
  • PT Bank Victoria International Tbk (BVIC) akan menerbitkan Obligasi Berkelanjutan IV Tahap II Tahun 2025 senilai Rp 750 miliar, yang akan digunakan untuk modal kerja dan pengembangan usaha, khususnya penyaluran kredit.
  • PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk (TRIM) menjajakan obligasi Rp 500 miliar, bagian dari Obligasi Berkelanjutan II dengan target total Rp 2 triliun. Setelah dipotong biaya emisi, dana akan dipakai untuk modal kerja perusahaan milik Boy Thohir itu.

Faktor Penyebab Tren Positif

Angga Septianus, Community and Retail Equity Analyst Lead PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), menjelaskan bahwa tren penurunan suku bunga menjadi katalis ramainya penerbitan obligasi. Bank Indonesia telah memangkas suku bunga acuan sebanyak lima kali tahun ini. Dengan demikian, bunga yang harus dibayar ke investor lebih rendah, sehingga biaya pendanaannya lebih murah.

Ia menambahkan, perusahaan dapat memanfaatkan momentum ini untuk refinancing, yakni mengganti utang lama berbunga tinggi dengan utang baru berbunga lebih rendah.

Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, juga setuju. Menurutnya, dengan imbal hasil yang ditawarkan, obligasi korporasi menjadi lebih menarik ketimbang obligasi pemerintah, meskipun risikonya juga lebih tinggi.

Meski begitu, ia mengingatkan bahwa jika DER-nya terlalu tinggi, hal ini juga bisa membahayakan dari sisi perusahaannya. Angga menambahkan, obligasi pemerintah relatif aman karena dijamin undang-undang. Sementara obligasi korporasi rentan menghadapi risiko bisnis, potensi gagal bayar, atau masalah likuiditas. Karena itu, investor disarankan lebih berhati-hati.

Rekomendasi Saham

Dari deretan emiten penerbit surat utang, Angga merekomendasikan untuk memperhatikan saham INKP dengan area support di Rp 7.200 dan target harga Rp 7.800 per saham.