Proyek Jalan Tol Getaci dan Tantangan dalam Lelang
Kementerian Pekerjaan Umum (Kemen PU) telah menetapkan bahwa lelang jalan tol Getaci akan dilakukan pada tahun 2026. Jalan tol pertama yang menghubungkan wilayah Priangan Timur ini termasuk dalam daftar 19 proyek jalan tol yang akan dilelang besar-besaran pada tahun depan. Untuk mempersiapkan lelang tersebut, Kemen PU menyiapkan anggaran sebesar Rp 23,3 miliar.
Proyek-proyek tersebut kini sudah masuk dalam agenda serius untuk menuju lelang tahun 2026. Namun, ada beberapa batasan bagi investor yang ingin ikut dalam lelang kali ini. Sejumlah perusahaan yang terafiliasi dengan konsorsium pemenang lelang perdana Tol Getaci pada tahun 2021 dilarang mengikuti lelang ulang.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan konstruksi kelas dunia asal Tiongkok harus menjadi korban dari larangan ini. Perusahaan tersebut tidak lolos saat mendaftar untuk ikut lelang pada 2024. Keputusan tersebut diumumkan oleh Badan Pengawas Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR pada 20 Mei 2024.
Warga Jawa Barat, khususnya di wilayah Priangan Timur, sangat berharap agar jalan tol ini segera dibangun. Mereka berharap Tol Getaci bisa menjadi solusi mengatasi kemacetan di sejumlah titik penting di wilayah tersebut. Wilayah ini memiliki potensi ekonomi yang luar biasa, terutama di sektor pariwisata.
Daftar Investor yang Dilarang Ikut Lelang Tol Getaci
Beberapa investor dilarang ikut lelang Tol Getaci. Larangan ini dikeluarkan oleh Kementerian PUPR pada tahun 2024. Investor yang dilarang adalah badan usaha jalan tol (BUJT) yang terafiliasi dengan BUJT sebelumnya sebagai pemenang lelang pada 2021.
Menurut juru bicara Kementerian PUPR, Endra S. Atmawidjaja, pelarangan ini dilakukan karena investor yang dilarang merupakan peserta pra-kualifikasi yang terafiliasi dengan BUJT sebelumnya yang gagal dalam tender. Tidak ada nama spesifik yang dilarang, melainkan secara umum perusahaan yang dianggap memiliki afiliasi dengan pihak yang gagal dalam lelang sebelumnya.
Hal ini dikarenakan calon investor yang sebelumnya ditetapkan sebagai pemenang lelang tidak didukung kemampuan keuangan yang memadai. Akibatnya, proses lelang proyek Tol Getaci harus dibatalkan dan ditender ulang.
Pada lelang akhir tahun 2021, Konsorsium PT Jasamarga Gedebage Cilacap (PT JGC) dinyatakan sebagai pemenang lelang. Konsorsium ini terdiri dari beberapa perusahaan seperti PT Jasa Marga, PT Daya Mulia Turangga, PT Gama Grup, dan lainnya. Namun, pada awal tahun 2022, Waskita Karya keluar dari konsorsium karena program restrukturisasi keuangan mereka. Hal ini menyebabkan PT JGC dinyatakan default oleh Kementerian PUPR.
Akibatnya, hasil lelang dibatalkan dan proyek Tol Getaci harus dilakukan lelang ulang. Dampaknya, perusahaan yang terafiliasi dengan PT JGC dilarang ikut lelang ulang.
Hingga saat ini belum ada informasi terbaru apakah pelarangan tersebut masih berlaku dalam lelang ulang Tol Getaci pada tahun 2026.
Investor China Jadi Korban
Sejak dinyatakan proyek Tol Getaci harus dilelang ulang pada tahun 2022, hingga tahun 2025 ini lelang ulang belum juga terealisasi. Pada tahun 2024, ada dua konsorsium yang mendaftar untuk ikut lelang ulang:
- Konsorsium PT Trans Persada Sejahtera-PT Wiranusantara Bumi
- Konsorsium PT Daya Mulia Turangga-PT China State Construction Overseas Development Shanghai
Namun, dalam pengumumannya tanggal 20 Mei 2024, BPJT menyatakan kedua konsorsium tersebut dinyatakan tidak lulus. Akibatnya, pelaksanaan lelang ulang kembali mundur hingga batas waktu tidak jelas.
Tidak ada penjelasan alasan kedua konsorsium itu dinyatakan tidak lolos. Padahal, salah satu investor asal Tiongkok, yakni PT China State Construction Overseas Development Shanghai, adalah perusahaan kelas dunia yang masuk dalam rangking atas perusahaan global.
Bisa jadi, konsorsium yang beranggotakan investor asal Tiongkok itu dinyatakan tidak lolos karena bermitra dengan PT Daya Mulia Turangga. Perusahaan ini sebelumnya termasuk anggota konsorsium PT JGC yang akhirnya dinyatakan default oleh pemerintah.
Padahal, PT China State Construction Overseas Development Shanghai adalah investor bukan kaleng-kaleng. Mereka memiliki pengalaman dalam pembangunan infrastruktur di berbagai belahan dunia.
Didirikan pada tahun 1982, China State Construction Engineering Corporation (selanjutnya disebut “China State Construction” dan “CSCEC”) kini menjadi grup investasi dan konstruksi global yang menampilkan pengembangan profesional dan operasi berorientasi pasar. China State Construction naik ke peringkat ke-13 dalam daftar Fortune Global 500 tahun 2023, peringkat ke-3 dalam daftar 500 perusahaan teratas Tiongkok, dan menduduki puncak daftar 250 Kontraktor Global Teratas versi Engineering News Record (ENR).
Pada tahun 2015, mereka mendirikan anak usahanya di Indonesia yakni PT. China State Construction Overseas Development Shanghai (Indonesia).
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!