Upaya CIMB Niaga dalam Melestarikan Bambu sebagai Bentuk Keberlanjutan
Bank CIMB Niaga telah menjalani perjalanan selama 70 tahun dengan fokus pada upaya merawat bumi, budaya, dan meningkatkan ekonomi masyarakat melalui konsep keberlanjutan. Dalam perjalanan ini, bank berkolaborasi dengan komunitas-komunitas lokal untuk meningkatkan ketahanan lingkungan dengan memanfaatkan kearifan lokal. Salah satu program yang sedang berlangsung adalah konservasi bambu bersama Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHATI). Bambu menjadi simbol harapan bagi masyarakat untuk berkembang lebih jauh.
Bambu memiliki banyak manfaat dari segi ekologi, sosial, dan ekonomi. Dari sisi ekologi, bambu memiliki kemampuan untuk memperbaiki sumber air dan meningkatkan cadangan air tanah. Tanaman ini mudah ditanam, tumbuh cepat, serta tidak memerlukan perawatan khusus. Dari sudut pandang sosial budaya, bambu sudah lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia sejak lahir hingga akhir hayat. Dari sisi ekonomi, bambu menjadi sumber pendapatan yang penting. Berbagai produk yang dihasilkan dari bambu sangat beragam, seperti alat rumah tangga, hiasan, bangunan, mebel, alat musik, flooring, tusuk gigi, sate, dupa, arang, dan anyaman.
Sayangnya, bambu di Indonesia menghadapi ancaman kepunahan akibat eksploitasi yang berlebihan tanpa adanya budidaya serta pengurangan habitat bambu karena alih fungsi lahan. Untuk mengatasi hal ini, CIMB Niaga melalui Corporate Social Responsibility (CSR) melakukan beberapa kegiatan di Pulau Bali. Pilar keempat CSR bank ini berfokus pada iklim dan lingkungan.
Kepala Regional untuk wilayah Indonesia Timur & Bali Nusra, Ahmad S. Ilham menjelaskan bahwa bank mendukung program pelestarian lingkungan hidup yang memberikan nilai tambah bagi pemangku kepentingan, termasuk Program Konservasi Bambu. Tahun 2012 menjadi awal kolaborasi antara CIMB Niaga dan KEHATI dalam menjalankan program konservasi bambu berkelanjutan. Lokasi pertama penanaman adalah Bali dan Jawa Barat, dengan total 10.000 bambu yang ditanam. Pada tahun 2013-2015, penanaman dilanjutkan dengan menambahkan 2.700 bambu, sehingga total di Bali mencapai 6.700.
Saat ini, bank juga fokus pada komitmen penanaman tambahan sebanyak 70.000 bambu dan 10.000 tanaman ekonomis holtikultura. Selain itu, CIMB Niaga juga membentuk EkoEduwisata di KHDTK Rarung, Lombok, dan Desa Wogo, Ngada. Penanaman bambu juga dilakukan di Desa Ngargoretno bersama 9 bank yang tergabung dalam FKDKP.
Selain penanaman, CIMB Niaga juga memberikan pelatihan kepada masyarakat, seperti pembuatan angklung, budidaya bambu, dan pengolahan pasca-panen menjadi rebung. Bambu dipilih karena mudah ditanam dan memiliki manfaat besar, seperti mencegah erosi, menahan air tanah, meningkatkan penyerapan air, serta menyerap karbon dari udara.
Tahun 2019, CIMB Niaga melakukan perhitungan stok karbon pada bambu Tabah yang ditanam di Gianyar dan Tabanan. Hasilnya menunjukkan bahwa program ini mampu menyerap CO2 sebesar 758,99 ton setara CO2. Upaya ini sejalan dengan visi dan misi keuangan berkelanjutan CIMB Niaga sebagai perusahaan ASEAN yang terkemuka.
Di masa depan, CIMB Niaga ingin memperkuat posisi sebagai bank yang mendorong transisi menuju ekonomi hijau melalui pembiayaan berkelanjutan dan inovasi produk. Bank juga berkomitmen untuk mengajak karyawan dan masyarakat melakukan gaya hidup berkelanjutan, seperti mengurangi penggunaan plastik, kertas, dan beralih ke energi terbarukan.
Selain itu, CIMB Niaga juga meluncurkan program Sustainable Financing, yaitu pinjaman insentif finansial untuk perusahaan yang bergerak di bidang lingkungan atau sosial. Salah satunya adalah yayasan KEHATI untuk pelestarian dan pemanfaatan bambu. Selain itu, melalui program One House One Tree, setiap nasabah KPR CIMB Niaga dapat berkontribusi dalam gerakan penanaman satu pohon.
Yayasan KEHATI juga mendukung pelestarian bambu di Indonesia dengan membangun sinergi dengan berbagai pihak, termasuk CIMB Niaga. Sejak tahun 2012, KEHATI bekerja sama dengan bank untuk pelestarian dan pemanfaatan bambu berbasis masyarakat di berbagai provinsi. Kegiatan yang dilakukan mulai dari pembibitan, penanaman, perawatan, hingga pemanfaatan bambu.
Dosen Fisipol Universitas Gajah Mada, Anak Agung Gde Ngurah Ari Dwipayana, menekankan pentingnya aksi konkret untuk mengurangi risiko bencana dan meningkatkan ketahanan lingkungan. Salah satu langkah yang disarankan adalah penanaman tanaman seperti bambu dan beringin untuk menyerap air. Pengaturan penggunaan lahan juga diperlukan untuk menjaga keseimbangan lingkungan.
Akademisi lain, Prof. Dr. Ir. Putu Rumawan Salain, menyoroti pentingnya strategi holistik dalam mengelola sumber daya alam Bali. Penanaman pohon tertentu seperti bambu dan pengaturan penggunaan lahan yang lebih baik dapat membantu mengurangi risiko bencana dan membangun masa depan yang lebih berkelanjutan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!