
Program Bank Sampah untuk Mengurangi Beban TPA Burangkeng
Pemerintah Kabupaten Bekasi memiliki rencana ambisius dalam mengelola sampah di wilayahnya. Salah satu inisiatif utama yang dicanangkan adalah pembangunan 80 unit bank sampah baru setiap tahun di 23 kecamatan. Tujuan dari program ini adalah memperkuat pengelolaan sampah sekaligus mengurangi beban Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Burangkeng yang semakin padat.
Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bekasi, Sukmawatty Karnahadijat, menjelaskan bahwa hampir separuh sampah yang masuk ke TPA Burangkeng berasal dari sampah organik. Angka tersebut mencapai sekitar 47 persen. Menurutnya, sebagian dari sampah tersebut masih memiliki nilai ekonomis jika dikelola dengan benar.
“Bank sampah merupakan solusi yang bisa menekan volume sampah di TPA. Kami berharap setiap RW memiliki minimal satu bank sampah. Oleh karena itu, kami mendorong semua pihak, termasuk dunia usaha, untuk ikut terlibat dalam program ini,” ujarnya.
Saat ini, jumlah bank sampah di Kabupaten Bekasi telah mencapai 402 unit yang tersebar di berbagai RT. Meskipun angka ini cukup tinggi, tidak semua bank sampah beroperasi secara aktif. Banyak dari mereka mengalami kendala konsistensi dan kebiasaan masyarakat dalam memilah sampah.
Inisiatif Kecamatan Cibitung
Salah satu wilayah yang gencar melaksanakan program bank sampah adalah Kecamatan Cibitung. Camat Cibitung, Encun Sunarto, menyatakan bahwa wilayahnya menjadikan program bank sampah sebagai prioritas utama. Dari total 178 RW di Cibitung, sudah ada 125 bank sampah atau sekitar 65 persen.
“Target kami adalah satu RW satu bank sampah. Saat ini capaian sudah mencapai 65 persen, dan kami akan terus mendorong hingga mencapai 100 persen,” jelas Encun.
Program ini juga dilakukan dengan kerja sama antara masyarakat, pemerintah, dan perusahaan. Pemkab Bekasi berharap kolaborasi ini dapat mempercepat pencapaian target yang telah ditetapkan.
Peran Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat. Masyarakat harus sadar akan pentingnya memilah sampah sejak awal. Dengan memilah sampah, masyarakat tidak hanya membantu mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA, tetapi juga meningkatkan kesadaran lingkungan.
Bank sampah menjadi salah satu cara efektif untuk memfasilitasi masyarakat dalam memilah sampah. Melalui bank sampah, sampah yang dapat didaur ulang seperti plastik, logam, dan kertas bisa dijual atau digunakan kembali, sehingga memberikan manfaat ekonomi sekaligus lingkungan.
Tantangan dan Solusi
Meski program bank sampah menunjukkan hasil positif, masih banyak tantangan yang dihadapi. Salah satunya adalah konsistensi dalam pengelolaan bank sampah. Banyak bank sampah yang tidak aktif karena kurangnya partisipasi masyarakat atau minimnya dukungan dari pihak terkait.
Untuk mengatasi hal ini, diperlukan upaya lebih besar dari berbagai pihak. Pemerintah perlu memberikan pelatihan dan pendampingan kepada masyarakat agar lebih memahami pentingnya bank sampah. Selain itu, dukungan dari kalangan bisnis juga sangat penting, baik dalam bentuk donasi maupun kerja sama dalam pengelolaan sampah.
Kesimpulan
Program bank sampah di Kabupaten Bekasi merupakan langkah strategis dalam mengurangi beban TPA dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah. Dengan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha, diharapkan target pembangunan bank sampah dapat tercapai secara optimal. Dengan demikian, tidak hanya volume sampah yang berkurang, tetapi juga kesadaran lingkungan masyarakat semakin meningkat.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!