
Desa Bandung, Kampung Reforma Agraria yang Menjadi Contoh Kebangkitan Ekonomi dan Sosial
Desa Bandung di Kabupaten Pandeglang menjadi salah satu contoh sukses dalam penerapan Reforma Agraria. Di tahun 2025, desa ini dinobatkan sebagai salah satu Kampung Reforma Agraria terbaik di Indonesia. Predikat ini bukan hanya sekadar penghargaan, tetapi hasil dari kerja keras masyarakat dan pemerintah setempat yang bekerja sama untuk mengembangkan potensi wilayah.
Reforma Agraria di Desa Bandung tidak hanya berupa pemberian sertipikat tanah, tetapi juga membuka jalan bagi perubahan nyata. Dengan adanya sertipikat, tanah-tanah yang sebelumnya dikuasai oleh individu atau berada dalam kondisi tidak terkelola bisa dikelola bersama melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Hal ini memungkinkan pengelolaan tanah yang lebih efisien dan memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar bagi warga.
Kolaborasi antara Pemerintah dan Masyarakat
Kepala Desa Bandung, Wahyu Kusnadiharja, menjelaskan bahwa dengan adanya sertipikat tanah, masyarakat dapat bekerja sama dengan BUMDes untuk mengembangkan Objek Desa Wisata Bukit Sinyonya. Sebelumnya, lahan-lahan tersebut berupa semak belukar dan tidak memiliki nilai ekonomi yang signifikan. Namun, dengan kebijakan Reforma Agraria, lahan tersebut kini menjadi objek wisata yang menarik minat banyak orang.
Pengembangan Objek Desa Wisata Bukit Sinyonya didukung oleh program pendampingan dan pemberdayaan dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) melalui Kampung Reforma Agraria. Program ini membantu masyarakat mengelompokkan potensi mereka menjadi kelompok-kelompok usaha, seperti kelompok ikan, kelompok sadar wisata, kelompok kopi, dan kelompok anyaman pandan.
Peningkatan Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat
Program Reforma Agraria telah membawa dampak positif yang terasa nyata di Desa Bandung. Salah satu perubahan yang terlihat adalah peningkatan ekonomi masyarakat. Direktur BUMDes Desa Bandung, Syaifullah, menyampaikan bahwa sebelum adanya program ini, ekonomi masyarakat masih sangat sederhana. Namun, sejak program diluncurkan, kondisi ekonomi mulai meningkat.
“Masyarakat yang dari ekonominya masih sangat sederhana, lalu kita ada program ini, jadi lebih meningkat untuk ekonominya. Artinya sedikit banyak sangat membantu, bisa menopang ekonomi masyarakat,” ujar Syaifullah.
Objek Desa Wisata Bukit Sinyonya telah menerima lebih dari 10 ribu pengunjung sejak dibuka pada tahun 2023. Wisatawan tidak hanya menikmati keindahan alam, tetapi juga ikut serta dalam berbagai aktivitas seperti pembuatan kopi puhu, penganyaman pandan, dan budidaya ikan mas Sinyonya.
Peran Kelompok dan Kreativitas Masyarakat
Semua kelompok usaha yang ada di Objek Desa Wisata Bukit Sinyonya berasal dari masyarakat Desa Bandung. Meskipun setiap individu memiliki potensi yang berbeda, dengan adanya program ini, masyarakat menjadi lebih mandiri dan kreatif. Permintaan yang meningkat membuat masyarakat semakin termotivasi untuk mengembangkan produk-produk lokal.
“Semua kelompok tersebut merupakan masyarakat Desa Bandung. Semua masyarakat, walau dengan potensi yang berbeda-beda jadi berdaya. Masyarakat juga semakin kreatif karena makin banyak permintaan dan macem-macem,” tambah Syaifullah.
Reforma Agraria yang Lebih dari Sekadar Sertipikat
Desa Bandung membuktikan bahwa Reforma Agraria bukan hanya tentang pemberian sertipikat. Lebih dari itu, sertipikat menjadi alat untuk menghidupkan potensi ekonomi dan sosial masyarakat. Dengan sertipikat, masyarakat dapat mengelola tanahnya secara lebih baik, sehingga menghasilkan manfaat nyata.
Melalui kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat, Desa Bandung berhasil menjadi contoh nyata bagaimana Reforma Agraria dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan, dan menciptakan rasa bangga bagi warga desa. Dengan inovasi dan komitmen yang kuat, Desa Bandung menunjukkan bahwa pengelolaan tanah yang baik dapat menjadi fondasi untuk masa depan yang lebih baik.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!