
Perubahan Mendasar dalam Industri Kripto
Beberapa tahun lalu, pasar kripto dikenal sebagai wilayah yang penuh spekulasi. Banyak orang mengikuti tren dengan membeli token hanya karena hype media sosial, sementara banyak investor lainnya mendadak kaya dan kemudian bangkrut. Namun, menjelang 2026, industri ini menunjukkan perubahan signifikan. Regulasi semakin jelas, infrastruktur semakin kuat, dan fokus pembahasan beralih dari sekadar hype ke utilitas nyata.
Supachai “Kid” Parchariyanon, pendiri SeaX Ventures, mengatakan bahwa kripto sekarang memasuki fase baru. “Perdebatan telah bergeser dari ‘kripto sebagai instrumen spekulatif’ ke ‘kripto sebagai infrastruktur penting’,” ujarnya. SeaX sendiri mendukung ekosistem seperti Solana dan Band Protocol yang menjadi fondasi sistem terdesentralisasi. Menurut Parchariyanon, meskipun pergerakan harga token masih siklikal, infrastruktur kripto kini setara dengan peran cloud dan keamanan siber dalam portofolio teknologi modern.
Investor Institusi Mulai Serius
Perubahan paradigma juga terlihat di kalangan investor besar. Survei EY-Parthenon dan Coinbase pada Januari 2025 menunjukkan bahwa 83 persen investor institusi berencana meningkatkan alokasi aset kripto tahun ini. Salah satu faktor utama adalah pencabutan aturan SAB 121 oleh SEC, yang sebelumnya menghambat bank dalam menyimpan aset digital. Dengan hilangnya hambatan tersebut dan regulasi yang lebih jelas, institusi mulai percaya diri masuk ke pasar kripto.
Produk kripto yang paling diminati meliputi stablecoin, dana tokenisasi, hingga exchange-traded products (ETP). Menurut survei, 69% investor memilih ETP sebagai instrumen utama. Hal ini menunjukkan bahwa investor institusi kini lebih memilih produk yang memiliki stabilitas dan potensi pertumbuhan jangka panjang.
Antara Kegunaan dan Risiko
Bagi Kimberly Rosales, pendiri fintech ChainMyne, kripto bukan hanya sekadar instrumen investasi, tetapi juga kebutuhan nyata. “Di Amerika Latin, di mana mata uang lokal sering tidak stabil dan akses perbankan terbatas, kripto menjadi solusi penting untuk transaksi harian maupun strategi investasi,” jelasnya. Meski optimistis, Rosales mengingatkan bahwa industri ini masih berkembang cepat. Regulasi membawa tingkat kepercayaan baru, termasuk lewat produk seperti Crypto IRA dan ETF, namun risiko tetap ada.
Ia juga menyoroti dampak kebijakan politik, seperti RUU Anti-CBDC di AS yang melarang penerbitan dolar digital versi pemerintah. “Langkah itu mungkin disukai pendukung privasi, tetapi bisa melemahkan daya saing Amerika ketika negara lain meluncurkan aset digital berbasis negara,” katanya.
Siapa yang Masih Layak Berinvestasi?
Para ahli menilai, investor yang masih mengejar meme coin atau token hype sudah tertinggal tren. Fokus kini bergeser pada proyek berjangka panjang dengan manfaat nyata. “Ini saat yang tepat bagi investor jangka panjang yang memahami peran kripto sebagai infrastruktur,” ujar Parchariyanon. Ia menekankan fokus pada solusi riil, mulai dari identitas digital, kepatuhan, hingga sistem pembayaran.
Rosales sependapat. “Jika alasan investasi hanya untuk ikut-ikutan tren, sebaiknya dipertimbangkan kembali. Namun, bagi yang mengejar diversifikasi, likuiditas tahan inflasi, atau akses keuangan global, kripto masih menyimpan potensi besar,” ujarnya.
Tantangan dan Peluang di Tahun 2026
Industri kripto 2026 tampil lebih dewasa dibanding era 2018. Dengan regulasi yang jelas, minat institusi yang meningkat, serta penerapan di dunia nyata, peluang investasi tetap terbuka. Euforia “gold rush” mungkin sudah berakhir, namun bagi investor yang rela meninggalkan hype dan berfokus pada strategi, inilah saat paling cerdas untuk masuk.
Apakah Mining Kripto Masih Menguntungkan pada 2025?
4 Tips Melakukan Transaksi Menggunakan Kripto
4 Keuntungan Menggunakan Kripto untuk Transaksi Online
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!